MODEL DAN POLA PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING



A. MODEL-MODEL BIMBINGAN
1.      Frank Parson, Menciptakan istilah Vocational Guidance yang menekankan ragam jabatan bimbingan dengan menganalisis diri sendiri, analisis terhadap bidang pekerjaan, serta memadukan keduanya dengan berfikir rasional dan mengutamakan komponen bimbingan pengumpulan data serta wawancara konseling.

Jenis-Jenis Bimbingan yang Meliputi Bentuk, Ragam, Sifat dan Layanan



Bimbingan dan konseling terbagi atas beberap jenis berdasarkan sudut pandang tertentu. Jenis bimbingan pada dasarnya terdiri atas tiga jenis, yaitu berdasarkan banyaknya orang yang dibimbing pada waktu dan tempat tertentu. (bentuk bimbingan); berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam pelayanan bimbingan dan konseling(sifat bimbingan); berdasarkan bidang tertentu dalam kehidupan siswa dan mahasiswa (ragam bimbingan.

Asas Bimbingan Konseling



Mengenai Penyelenggaraan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling selain dimuati oleh fungsi dan didasarkan pada prinsip-prinsip tertentu, juga dituntut untuk memenuhi sejumlah asas bimbingan. Pemenuhan asas-asas bimbingan itu akan memperlancar pelaksanaan dan lebih menjamin keberhasilan layanan/kegiatan, sedangkan pengingkarannya akan dapat menghambat atau bahkan menggagalkan pelaksanaan, serta mengurangi atau mengaburkan hasil layanan/kegiatan  bimbingan dan konseling itu sendiri.

Fungsi Dan Prinsip Bimbingan Dan Konseling



Penjelasan mengenai pengertian dan tujuan BK, landasan BK mengarahkan lebih lanjut kepada uraian tentang fungsi pelayanan ini. Dengan uraian tentang fungsi, diketahuilah kegunaan ataupun manfaat dan keuntungan - keuntungan yang dapat diperoleh melalui diselenggarakannya pelayanan bimbingan dan konseling itu.

Orientasi bimbingan konseling



A. Orientasi bimbingan konseling
Yang dimaksud disini ialah pusat perhatian misalnya : seorang berorientasi terhadap ekonomi dalam pergaulan, maka ia akan menghitung untung rugi yang dapat ditimbulkan oleh interaksi dengan orang lain. Disini yang menjadi pusat perhatian konselor kepada klien :
1.      Orientasi perorangan
a)      Sejumlah kaidah yang berkaitan dengan orientasi perorangan dalam bimbingan konseling sosial adalah sebagai berikut : Semua kegiatan diselenggarakan dalam rangka pelayanan BK diarahkan pada peningkatan perwujudan diri sendiri.
b)      Kegiatan disini berkenaan dengan individu untuk memahami kebutuhan-kebutuhan pemanfaatan bagi diri sendiri dan lingkungannya.
c)      Setiap individu harus diterima sebagai individu yang harus ditangani secara individual.
d)     Tanggung jawab konselor untuk memahami minat,kemampuan yang terelakkan bagi berfungsinya individu.
2.      Orientasi perkembangan
Orientasi ini lebih menekankan pentingnya peranan yang terjadi pada individu dan sekaligus bertujuan mendorong konselor dan klien menghilangkan problem yang menjadkan laju perkembangan klien. Adapun hambatan ( Thomson & Rudolph ) yang dimaksudkan adalah :
a)      Hambatan Egosentrisme ketidakmampuan melihat kemungkinan lain diluar apa yang dipahaminya.
b)      Hambatan Konsentrasi ketidakmampuan memusatkan perhatian pada lebih dari satu aspek tentang suatu hal.
c)      Hambatan Reversibilitas ketidakmampuan menelusuri alur yang terbalik dari alur yang dipahami semula.
d)     Hambatan Transformasi ketidakmampuan meletakkan sesuatu pada suasana urutan yang ditetapkan.
3.      Orientasi permasalahan
Ada yang mengatakan bahwa kehidupan berkembang itu resiko, agar tujuan tercapai dengan baik maka resiko yang mungkin menimpa kehidupan harus diwaspadai, nah kewaspadaan yang menimbulkan hambatan dan rintangan itu melahirkan kosep orientasi permasalahan dalam bimbingan konseling.
Dalam kaitannya dengan fungsinya Orientasi ini mengarah kepencegahan pengentasan permasalahan agar individu terhindar dari beban didalam dirinya, pemahaman memungkinkan individu memahami informasi dan aspek lingkungan yang berguna mencegah timbulnya masalah pada diri klien.
B. Ruang Lingkup Bimbingan dan Konseling
1.      Secara formal, terdapat empat bidang yang menjadi ruang lingkup layanan bimbingan dan konseling dalam konteks pesekolahan saat ini, yaitu : Bidang pelayanan kehidupan pribadi; membantu individu menilai kecakapan, minat, bakat, dan karakteristik kepribadian diri sendiri untuk mengembangkan diri secara realistik.
2.      Bidang pelayanan kehidupan sosial; membantu individu menilai dan mencari alternatif hubungan sosial yang sehat dan efektif dengan teman sebaya atau dengan lingkungan sosial yang lebih luas.
3.      Bidang pelayanan kegiatan belajar; membantu individu dalam kegiatan dalam rangka mengikuti jenjang dan jalur pendidikan tertentu dan/atau dalam rangka menguasai kecakapan atau keterampilan tertentu.
4.      Bidang pelayanaan perencanaan dan pengembangan karier; membantu individu dalam mencari dan menetapkan pilihan serta mengambil keputusan berkenaan dengan karier tertentu, baik karier di masa depan maupun karier yang sedang dijalaninya.
C. Kesalahpahaman Dalam Bimbingan dan Konseling
1.      Kesalahpahaman yang sering diumpai di lapangan antara lain adalah sebagai berikut:
Bimbingan dan konseling disamakan saja dengan atau dipisahkan sama sekali dari pendidikan. Ada dua pendapat yang berbeda kaitannya dengan pelaksanaan bimbingan dan konseling.
a)      Bahwa bimbingan dan konseling sama saja dengan pendidikan.
b)      Bimbingan dan konseling harus benar-benar dilaksanakan secara khusus oleh tenaga ahli dengan perlengkapan yang benar-benar memenuhi syarat.
2.      Konselor di sekolah dianggap sebagai polisi sekolah
Masih banyak anggapan bahwa peranan konselor di sekolah adalah sebagai polisi sekolah yang harus menjaga dan mempertahankan tata tertib, disiplin, dan keamanan sekolah. Anggapan ini mengatakan ”barangsiapa diantara siswa-siswa melanggar peraturan dan disiplin sekolah harus berurusan dengan konselor”.
3.      Bimbingan dan konseling dianggap semata-mata sebagai proses pemberian nasehat Pelayanan bimbingan dan konseling menyangkut seluruh kepentingan klien dalam rangka pengembangan pribadi klien secara optimal. Disamping memerlukan pemberian nasehat, pada umumnya klien sesuai dengan problem yang dialaminya, memerlukan pula pelayanan lain seperti pembrian informasi, penempatan dan penyaluran, konseling, bimbingan belajar, pengalih tangan kepada petugas yang lebih ahli dan berwenang, layanan kepada orang tua siswa dan masayarakat, dan sebagainya.
4.      Bimbingan dan konseling dibatasi pada hanya menangani masalah yang bersifat incidental. Pada hakikatnya pelayan itu sendiri menjangkau dimensi waktu yang lebih luas, yaitu yang lalu, sekarang, dan yang akan datang.
5.      Bimbingan dan konseling dibatasi hanya untuk klien-kliean tertentu saja.
Bimbingan dan konseling tidak mengenal penggolonan siswa-siswa atas dasar mana golongan siswa tertentu dalam memperoleh palayanan yang lebih dari golongan yang lainnya. Semua siswa mendapat hak dan kesempatan yang sama untuk mendapatkan pelayanan dan bimbingan konseling, kapan, bagimana, dan di mana pelayanan itu diberikan.
6.      Bimbingan dan konseling melayani “orang sakit” dan/atau “kurang normal” Ada asumsi bahwa bimbingan konseling hanya melayani orang-orang normal yang mengalami masalah tertentu. Bukankah jika segenap fungsi yang ada pada diri seseorang yang normal dapat berjalan dengan baik, dia akan dapat menjalin kehidupannya secara normal pula? Kehidupan yang normal ini pasti menuju kebaikan dan kewajaran. Sayangnya, bekerjanya fungsi-fungsi yang sebenarnya normal itu kadang-kadang terganggu atau arahnya tidak tetap sehingga memerlukan bantuan konselor demi lebih lancar dan lebih terarahnya kegiatan fungsi-fungsi tersebut.
7.      Bimbingan dan konseling bekerja sendiri Pelayanan bimbingan dan konseling bukanlah proses yang terisolasi, melainkan proses yang bekerja sendiri sarat dengan unsur-unsur budaya, social dan lingkungan. Oleh karenanya pelayanan bimbingan dan konseling tidak mungkin menyendiri. Konselor perlu bekerjasama dengan orang-orang yang diharapkan dapat membantu penanggulangan masalah yang dihadapi oleh klien.

Download tulisan ini secara lengkap dan gratis dengan klik DISINI

Konsep dasar BK yang meliputi pengertian, tujuan, perbandingan, perkembangan konsepsi



 A.    Pengertian
1.      Pengertian Bimbingan
Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata “Guidance” berasal dari kata kerja “to guide” yang mempunyai arti “menunjukan, membimbing, menuntun, ataupun membantu”. Sesuai dengan istilahnya, maka secara umum bimbingan dapat diartikan sebagai suatu bantuan atau tuntunan.
Selanjutnya bimbingan itu sendiri merupakan bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli kepada individu atau beberapa orang dengan memberikan pengetahuan tambahan untuk memahami dan mengatasi permalahan yang dialami oleh individu atau seseorang tersebut, dengan cara terus menerus dan sitematis.
2.      Pengertian Konseling

PERKEMBANGAN, PARADIGMA, VISI DAN MISI SERTA TRILOGI PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING




A.      Perkembangan Bimbingan Konseling
Di Indonesia sebenarnya praktek Bimbingan dan Konseling sudah sejak lama dilaksanakan. Dengan diproklamasikan Kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1945, dibentuklah kementerian pada waktu itu yang salah satu kegiatannya dilakukan di Kantor Penempatan Tenaga Kerja yang maksudnya untuk menempatkan orang-orang agar dapat bekerja sesuai dengan kemampuannya dan ini menyerupai boro yang didirikan oleh Frank Parsons di Boston. Sekarang ini kantor Penempatan Tenaga Kerja ini tumbuh menjadi Departemen Tenaga Kerja.

Psikologis dan Pedagogis



Psikologis dan Pedadogis adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan dari unsur Bimbingan Konseling yang keduanya mutlak harus dimiliki oleh seorang konselor. Karena baik di dalam psikologis maupun di dalam pedagogis merupakan suatu ilmu pengetahuan yang merangkum sifat dasar manusia yang tentu saja sangat penting untuk diketahui sisi positif maupun sisi negatifnya dengan tujuan membantu seorang konseli dalam menangkap ide dan teknik untuk bertindak kedepannya.

Rasionel perlunya Bimbingan Konseling dari tinjauan konstitusional, filsafat dan perkembangan sosial budaya



“Rasionel perlunya Bimbingan Konseling dari tinjauan konstitusional, filsafat dan perkembangan sosial budaya


Dosen Pengampu:
Drs. Suharso, M.Pd., Kons.
Zakki Nurul Amin
, S.Pd.

Disusun Oleh:
1.      Handi Suryawinata           (5301412061)
2.      Helmi Faesol Huda           (6101412164)
3.      Arya Candra Dinata          (6101412119)
4.      Agus Kuswoyo                 (6101412159)


MKU BIMBINGAN KONSELING
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2014