A.
MODEL-MODEL BIMBINGAN
1.
Frank
Parson, Menciptakan istilah Vocational Guidance yang menekankan ragam jabatan
bimbingan dengan menganalisis diri sendiri, analisis terhadap bidang pekerjaan,
serta memadukan keduanya dengan berfikir rasional dan mengutamakan komponen
bimbingan pengumpulan data serta wawancara konseling.
2.
William
M. Proctor, (1925), Mengembangkan model bimbingan mengenalkan dua fungsi yaitu
fungsi penyaluran dan fungsi penyesuaian menyangkut bantuan yang diberikan
kepada siswa dalam memilih program studi, aktivitas ekstra-kurikuler, bentuk
rekreasi, jalur persiapan memegang sesuai dengan kemampuan, bakat, minat dan cita-cita
siswa.
3.
John
M. Brewer, (1932), Mengembangkan ragam bimbingan seperti bimbingan belajar,
bimbingan rekreasi, bimbingan kesehatan, bimbingan moral dan bimbingan
perkembangan. Model ini tidak hanya mengenai bimbingan jabatan saja.
4.
Donal
G. Patterson, (1938), Dalam konseling yang dikenal dengan metode klinis
menekankan perlunya menggunakan teknik-teknik untuk mengenai konseli dengan
menggunakan tes psikologis dan studi diagnostik.
5.
Wilson
Little dan AL. Champman, (1955), Menekankan perlunya memberikan bantuan kepada
semua siswa dalam aspek perkembangan siswa dalam bidang studi akademik dalam
mempersiapkan diri memangku suatu jabatan dan dalam mengolah pengalaman batin
serta pergaulan sosial. Model ini memanfaatkan bentuk pelayanan individual dan
kelompok, mengutamakan sifat bimbingan preventif clan preservative clan
melayani bimbingan belajar, jabatan clan bimbingan pribadi.
6.
Kenneth
B. Hoyt, (1962), Mendeskripsikan model bimbingan mencakup sejumlah kegiatan
bimbingan dalam rangka melayani kebutuhan siswa di jenjang pendidikan dasar dan
menengah. Model ini menekankan pelayanan individual clan kelompok dan
memungkinkan pelayanan yang bersifat preventif, preservative dan remedial
clan mengutamakan ragam bimbingan belajar dan pribadi.
7.
Ruth
Strabf, (1964), Berpandangan menyangkut bimbingan melalui wawancara konseling.
Model ini menekankan bentuk pelayanan individu dan pelayanan secara kelompok
dan mengutamakan komponen bimbingan pengumpulan dan wawancara konseling.
8.
Arthur
J. Jones, (1970), Menekankan pelayanan bimbingan sebagai bantuan kepada siswa
dalam membuat pilihan-pilihan dan dalam mengadakan penyesuaian diri. Bantuan
itu terbatas pada masalah-masalah yang menyangkut bidang studi akademik dan
bidang pekerjaan. Model ini juga menekankan bentuk pelayanan individu
mengutamakan ragam bimbingan belajar serta bimbingan jabatan dan memberi
tekanan pada komponen bimbingan penempatan pengumpulan data serta wawancara.
9.
Chris
D. Kehas, (1970), Merumuskan tujuan pendidikan di sekolah memberikan tekanan
pada perkembangan kepribadian peserta didik, tetapi di lapangan hanya aspek
intelektual yang diperhatikan. Dengan demikian tenaga-tenaga bimbingan hanyalah
berfungsi dalam rangka meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar di
kelas.
B.
POLA-POLA BIMBINGAN
Menurut hasil analisis Edward C. Glanz, (1964) dalam sejarah
perkembangan pelayanan bimbingan di institusi pendidikan muncul empat pola
dasar yang diberi nama:
- Pola Generalis
Bahwa corak pendidikan dalam suatu
institusi pendidikan berpengaruh terhadap kuantitas usaha belajar siswa, dan
seluruh staf pendidik dapat menyumbang pada perkembangan kepribadian
masing-masing siswa. Ujung pelayanan bimbingan dilihat sebagai program yang
kontinyu dan bersambungan yang ditujukan kepada semua siswa. Pada akhirnya
bimbingan hanya dianggap perlupada saat-saat tertentu saja.
- Pola Spesialis
Bahwa pwlayanan bimbingan di
institusi pendidikan harus ditangani oleh ahli-ahli bimbingan yang
masing-masing berkemampuan khusus dalam cara pelayanan bimbingan tertentu
seperti testing psikologis, bimbingan karir, dan bimbingan konseling.
- Pola Kurikuler
Bahwa kegiatan bimbingan di
institusi pendidikan diusulkan dimasukkan dalam kurikulum pengajaran dalam
bentuk pengajaran khusus dalam rangka suatu kursus bimbingan. Segi positif dari
pola dasar ini ialah hubungan langsung terlibat dalam seluk-beluk pengajaran,
segi negatifnya terletak dalam kenyataan bahwa kemajuan dalam pemahaman diri
dan perkembangan kepribadian tidak dapat diukur melalui suatu tes hasil belajar
seperti terjadi di bidang-bidang studi akademik
- Pola Relasi-relasi Manusia dan Kesehatan Mental
Bahwa orang akan lebih hidup bahagia
bila dapat menjaga kesehatan mentalnya dan membina hubungan baik dengan orang
lain. Segi positif pola dasar ini adalah peningkatan kerja sama antara
anggota-anggota staf pendidik di institusi pendidikan dan integrasi sosial di
antara peserta didik dengan staf pendidik.
Judul: MODEL DAN POLA PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Ditulis Oleh Handi
Berikanlah saran dan kritik atas artikel ini. Salam blogger, Terima kasih
1 komentar:
artikel yang bermanfaat,terimakasih infonya
ReplyPost a Comment