A.
Perkembangan Bimbingan Konseling
Di Indonesia sebenarnya praktek
Bimbingan dan Konseling sudah sejak lama dilaksanakan. Dengan diproklamasikan
Kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1945, dibentuklah kementerian pada
waktu itu yang salah satu kegiatannya dilakukan di Kantor Penempatan Tenaga
Kerja yang maksudnya untuk menempatkan orang-orang agar dapat bekerja sesuai
dengan kemampuannya dan ini menyerupai boro yang didirikan oleh Frank Parsons
di Boston. Sekarang ini kantor Penempatan Tenaga Kerja ini tumbuh menjadi
Departemen Tenaga Kerja.
Sebegitu
jauh usaha ini belum memuaskan ditandai oleh kenyataan bahwa dalam pendidikan
di sekolah Bimbingan dan Konseling belum diselenggarakan bagaimana seharusnya.
Dengan diperkenalkan gagasan Sekolah Pembangunan pada tahun 1970, peranan
Bimbingan dan Konseling kembali mendapat perhatian, karena Sekolah Pembangunan
itu membutuhkan kegiatan penjurusan yang lebih teliti. Gagasan Sekolah
Pembangunan ini selanjutnya dituangkan dalam program sekolah menengah
persiapan, untuk itu pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di sekolah disusunlah
program Bimbingan dan Konseling SMPP. Oleh karena itu dalam usaha mewujudkan
Sekolah Pembangunan tersebut dilaksanakan proyek pembaharuan yang
pelaksanaannya dirintis dengan Eksperimentasi Pembaharuan Pendidikan dengan
nama Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP).
Disamping
pelaksanaan Bimbingan dan Konseling pada SMPP dan PPSP, sekolah-sekolah lainpun
berusaha melaksanakan Bimbingan dan Konseling sekalipun harus menghadapi
hambatan-hambatan antara lain :
1.
Pengetahuan
dan ketrampilan para pelaksana Bimbingan dan Konseling masih kurang memadai.
2.
Para
guru dan kepala sekolah menganggap dengan sikap kurang positif terhadap program
Bimbingan dan Konseling.
3.
Pengenalan
kebutuhan dan latar belakang siswa yang tidak lengkap menyebabkan konselor tak
dapat menemukan masalah yang dihadapi siswa.
4.
Fasilitas
dan biaya yang kurang memadai.
B.
Paradigma
Bimbingan Konseling
Secara harfiah, Paradigma berarti
memperagakan atau mendemostrasikan. Paradigma
diartikan sebagai model atau pola, sebuah contoh (tertera dalam Oxford English
Dictionary). Paradigma juga sering ditafsirkan sebagai kerangka berfikir.
Dijabarkan secara luas dalam buku fragmen fantasi kebudayaan Indonesia baru
disebutkan bahwa paradigma adalah keseluruhan susunan kepercayaan, teknik dan
nilai yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota masyarakaat tertentu. Dalam
keadaan norma, paradigma adalah system acuan menyeluruh yang membimbing
aktvitas masyarakat.
Dalam acuan budaya Indonesia, Paradigma
bimbingan dan konseling adalah psiko-pedagogis. Yaitu dimana para
pelaksana Bimbingan Konseling perlu mengusai materi psikologi (psikologi umum,
perkembangan, belajar, kepribadian, dan social) serta materi pedagogis
(filsafat antropologi, dasar-dasar pendidikan, kurikulum, proses belajar dan
pembelajaran, dan penilaian pendidikan). Dikemas dalam ilmu-teknologi BK dengan
warna budaya (termasuk nilai dan norma) Indonesia. Arah bimbingan dan konseling
mengembangkan potensi siswa agar dapat memenuhi tugas-tugas perkembangannya
secara optimal.
C.
Visi
dan Misi Bimbingan Konseling
Membahas mengenai Visi, secara
harfiah itu sendiri artinya penglihatan yang akan dicapai atau sesuatu yang
akan dicapai. Visi sendiri menggambarkan aspirasi, juga pandangan di masa
depan tentang tujuan-tujuan yang akan dicapai.
Sedangkan Visi Bimbingan dan Konseling adalah terwujudnya
kehidupan kemanusiaan yang membahagiakan melalui tersedianya pelayanan bantuan
dalam pemberian dukungan perkembangan dan pengentasan masalah agar individu
berkembang secara optimal, mandiri, dan bahagia.
Misi
Misi
bisa disebut juga sebagai penjabaran dari Visi itu sendiri. Misi sendiri
sebenarnya merupakan sebuah pernyataan yang menggambarkan visi. Secara
singkatnya misi adalah cara-cara untuk mencapai visi. Misi Bimbingan dan Konseling adalah sebagai berikut :
1.
Misi
pendidikan, yaitu mendidik individu dan/atau kelompok melalui pengembangan perilaku
efektif-normatif dalam kehidupan keseharian dan terkait dengan masa depan.
2.
Misi
pengembangan, yaitu memfasilitasi pengembangan potensi dan kompetensi
individu kea rah perkembangan yang optimal.
3.
Misi
pengentasan masalah, yaitu membantu dan memfasilitasi pengentasan masalah
yang dihadapi individu mengacu pada kehidupan seghari-hari yang efektif.
D.
Trilogi
Profesi Bimbingan Konseling
Belakangan
ini perkembangan mengenai pendidikan di Indonesia telah memasuki era
profesional. Hal ini ditandai bahwa “pendidik merupakan tenaga profesional”
(UU No.20 Tahun 2003 Pasal 39 Ayat 2), sedangakan “ profesional adalah
pekerjaan atau kegiatan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan
yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan
profesi.” (UU No.14 tahun 2005 pasal 1 butir 4).
Dengan adanya penguasaan dan penyelenggaraan trilogi
profesi secara mantap merupakan jaminan bagi suksesnya penampilan profesi
tersebut demi kebahagiaan sasaran pelayanan. Penguasaan ketiga komponen profesi
tersebut diperoleh di dalam program pendidikan profesi dan pendidikan akademik
yang mendasarinya.
Seseorang
yang di sebut sebagai konselor merupakan sama dengan pendidik (UU No.20 Tahun
2003 Pasal 1 Butir 6) , sebagai tenaga professional dituntut untuk menguasai
dan memenuhi trilogi profesi dalam bidang pendidikan, khususnya bidang
konseling, yaitu
Ø Komponen
Dasar Keilmuan : Ilmu Pendidikan
Ø Komponen
Substansi Profesi : Proses pembelajaran
terhadap pengembangan diri/ pribadi
individu melalui modus pelayanan konseling.
Ø Komponen
Praktik Profesi : Penyelenggaraan
proses pembelajaran terhadap sasaran pelayanan melalui modus pelayanan
konseling.
Download tulisan ini secara lengkap dan gratis dengan klik DISINI
Judul: PERKEMBANGAN, PARADIGMA, VISI DAN MISI SERTA TRILOGI PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING
Ditulis Oleh Handi
Berikanlah saran dan kritik atas artikel ini. Salam blogger, Terima kasih
Post a Comment