MAKALAH
ILMU GIZI OLAHRAGA

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah ilmu gizi olahraga.
Dosen: 1. Ibu Endang Sri
Hanani
2. Pak Roas Irsyada
Disusun oleh :
Ali
Imran (6101412099)
DOWNLOAD FILE INI SELENGKAPNYA DISINI
===
PENDIDIKAN
JASMANI, KESEHATAN, DAN REKREASI
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
KATA PENGANTAR
Syukur
Alhamdulillah, berkat rahmat dan hidayah Allah akhirnya Kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Peranan gizi terhadap pencapaian
prestasi olahraga”. Shalawat dan salam kami mohonkan kepada Allah untuk nabi
Muhammad SAW, yang telah membawa pembaharuan di tengah-tengah kebodohan manusia
menuju zaman yang penuh kemajuan.
Makalah ini di
susun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah ilmu gizi. Sebagaimana telah
disebutkan di atas, bahwa makalah ini kami berusaha mengupas penjelasan tentang
Peranan gizi terhadap pencapaian prestasi olahraga. Kami mengucapkan terima
kasih kepada Bapak Dosen yang telah membekali kami dengan berbagai ilmu gizi.
Apabila terdapat
kesalahan dan kekurangan dalam makalah ini, Kami minta maaf yang
sebesar-besarnya. Kami yakin bahwa makalah ini tidak semuanya sempurna, maka
Kami menerima kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini.
Dan Kami
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menerima hasil yang
diharapkan.
Semarang, 09 Desember 2013
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL..................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................
ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang..................................................................................... 1
B.
Rumusan masalah... ..............................................................................2
C.
Tujuan.................................................................................................. 2
BAB II. PEMBAHASAN
1.
Pengertian gizi...................................................................................... 6
2.
Macam-macam zat gizi........................................................................7
3.
Faktor-faktor yang mempengaruhi gizi..............................................10
4.
Penilaian status gizi (Antropometri).... ..................................................13
5.
Klasifikasi status gizi. ..........................................................................13
6.
Kebutuhan energi................................................................................15
BAB III. PENUTUP
A.
Kesimpulan........................................................................................ 20
B.
Saran................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 21
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk mencapai prestasi olahraga yang tinggi,peningkatan
kualitas manusia Indonesia juga perlu dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Banyak
cabang olahraga yang selain menuntut kondisi fisik yang prima juga menuntut
atlet-atlet yang cerdas. Bila kita bandingkan dengan negara-negaralain, kondisi
kita masih memerlukan perbaikan yang besar dalam aspek konsumsi protein hewani
yang terdapat dalam telur, susu, dan daging. Karena itu, bila tidak dimulai
langkah-langkah sistematis untuk meningkatkan kualitas gizi masyarakat, melalui
perbaikan kesejahteraan ekonominya, tidak sampai satu generasi lagi, masyarakat
Singapura dan Malaysia akan lebih tinggi, lebih kuat, dan lebih cerdas dari
masyarakat kita. Dan akan lebih berpeluang untuk mencapai prestasi olahraga di
tingkat dunia. Memang prestasi peradaban suatu masyarakat negara sering
dikaitkan dengan pencapaian prestasi olahraganya. Masalah gizi yang tidak
seimbang masih merupakan masalah yang sangat sulit sekali ditanggulangi oleh
pemerintah, walaupun penyebab masalah itu sendiri pada dasarnya sangat
sederhana yaitu tidak sesuainya intake (konsumsi) makanan terhadap kebutuhan
makan seseorang. Masalah gizi yang tidak berimbang ini menyebabkan
berkurangnya ketahanan tubuh, berkurangnya kecerdasan dan menjadikan
pertumbuhan yang abnormal. Jadi masalah sebenarnya adalah masyarakat atau keluarga belum mengatahui
cara menilai status gizi atau juga belum mengetahui pola pertumbuhan badan,
sepertinya masyarakat atau keluarga hanya tahu bahwa ia harus diberikan makan
setiap harinya.
Status gizi dapat diartikan sebagai ukuran
keberhasilan seseorang dalam pemenuhan nutrisi untuk tubuh yang diindikasikan oleh berat badan dan
tinggi badannya. Selain itu status gizi juga didefinisikan sebagai status
kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan
nutrien. Pengukuran status gizi merupakan pengukuran yang
didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat diet.
Status gizi juga diartikan sebagai keadaan yang diakibatkan oleh status
keseimbangan antara jumlah asupan (“intake”)
zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (“requirement”)
oleh tubuh untuk
berbagai fungsi biologis: (pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas, pemeliharaan kesehatan, dan lainnya).
Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada
kelompok masyarakat. Salah satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang
dikenal dengan Antropometri. Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi,
antropomteri disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan variabel lain.
Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan salah satu cara
penilaian status gizi seseorang yang telah baku. IMT merupakan petunjuk untuk
menentukan kelebihan berat badan berdasarkan Indeks Quatelet (berat badan dalam
kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m2)).
IMT adalah cara termudah untuk memperkirakan obesitas
serta berkorelasi tinggi dengan massa lemak tubuh, selain itu juga penting
untuk mengidentifikasi pasien obesitas yang mempunyai risiko mendapat
komplikasi medis. IMT mempunyai keunggulan utama yakni menggambarkan lemak
tubuh yang berlebihan, sederhana dan bisa digunakan dalam penelitian populasi
berskala besar.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peranan
gizi terhadap pencapaian prestasi olahraga?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan gizi terhadap
pencapaian prestasi olahraga.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Gizi
Pengetahuan gizi merupakan pemahaman masyarakat
tentang pemilihan bahan makanan sehat serta fungsinya bagi tubuh yang dinilai
berdasarkan jawaban responden terhadap pertanyaan yang diajukan
sesuai dengan kuesioner (Kartasapoetra, 2008:3).
Pengetahuan tentang pentingnya gizi dipengaruhi oleh 3
kenyataan, yaitu:
1.Setiap gizi yang cukup adalah pentingnya bagi kesehatan dan kesejahteraan.
2.Setiap orang hanya akan cukup jika makanan yang dimakan mampu
menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan yang optimal,
pemeliharaan dan energi.
3.Gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat
belajar dengan menggunakan pangan dengan lebih baik bagi kesejahteraan
(Suharjo, 1986).
Pengetahuan gizi meliputi pengetahuan tentang
pemilihan dan konsumsi sehari-hari dengan baik dan memberikan semua zat gizi
yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Pemilihan dan konsumsi bahan makanan
berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik atau status gizi
optimal terjadi apabila tubuh memperoleh cukup zat gizi yang dibutuhkan tubuh.
Status gizi kurang terjadi apabila tubuh mengalami kekurangan satu
atau lebih zat gizi essential. Sedangkan status gizi lebih terjadi apabila tubuh
memperoleh zat gizi dalam jumlah yang berlebihan, sehingga menimbulkan efek
yang membahayakan (Almatsier, 2004).
Semakin tinggi gizi seseorang akan semakin
memperhitungkan jenis dan makanan yang dipilih untuk dikonsumsi. Orang yang
pengetahuan gizinya rendah akan berperilaku memilih makanan yang menarik panca
indra dan tidak mengadakan pemilihan berdasarkan nilai gizi makanan. Sebaiknya
mereka yang semakin tinggi pengetahuannya, lebih banyak
mempergunakan dan mempertimbangkan rasional dan pengetahuan tentang nilai gizi
makanan yang bergizi bagi keluarga (Djumadias, 1990).
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan
nutrisi untuk anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak.
Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh
keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien. Penelitian status gizi merupakan
pengukuran yang didasarkan pada data antropometri, biokimia dan riwayat diet (Kartasapoetra,
2008:15).
Status gizi juga diartikan sebagai keadaan yang
diakibatkan oleh status keseimbangan antara jumlah asupan (“intake”) zat gizi
dan jumlah yang dibutuhkan (“requirement”) oleh tubuh untuk berbagai fungsi
biologis: (pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas, pemeliha-raan kesehatan,
dan lainnya).
2. Macam-Macam Zat Gizi
Macam-macam zat gizi yang harus dikonsumsi seorang adalah yang mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral,
air dan serat yang cukup. Maka kebutuhan gizi atlet bolavoli adalah sebagai
berikut:
a. Karbohidrat
Karbohidrat adalah suatu atau beberapa senyawa kimia
termasuk gula, pati dan serat yang mengandung atom C, H dan O dengan rumus kimia Cn (HO)n. Karbohidrat merupakan
senyawa sumber energi utuma bagi tubuh. Kira-kira 80% kalori yang didapat tubuh
berasal dari karbohidrat (Irianto 2006:6).
Secara umum fungsi karbohidrat adalah sebagian sumber
energi pertama digunakan oleh tubuh pada saat tubuh mulai bergerak. Pada proses
pencernaan karbohidrat mengelami proses hidrolisis baik dalam mulut, lambung maupun usus. Hasil akhir proses
pencernaan karbohidrat adalah Glukosa, fruktosa, galaktosa, serta monosakarida
lainnya. Senyawa-senyawa kemudian diabsorbsi melalui dinding usus dan dibawa
kehati oleh darah.
Orang dewasa dengan aktivitas sedang memerlukan
karbohidrat rata-rata 12 gramfKgBB/hari, sedangkan kebutuhan minimal setiap
orang 50-100 gr/hari. Para pekerja berat atau olahragawan yang melakukan
latihan berat, kebutuhan karbohidrat bisa mencapai 9-l0gr/KgBB/hari atau kira-kira 70% dari kebutuhan energi keseluruhan setiap hari.
Sumber utama karbohidrat adalah padi-padian atau
serealia, umbi-umbian, kacang-kacang kering dan gula. Hasil olah bahan-bahan ini adalah bihun, mie. roti, tepung-tepungan, selai,
sirup, dan sebagainya. Sebagian besar sayur dan buah
tidak banyak mengandung karbohidrat. Sayur umbi-umbian, seperti wortel dan bit
serta sayur kacang-kacangan relative lebih banyak mengandung
karbohidrat dari pada sayur daun-daunan. Bahan makanan hewani seperti
daging, ayam, ikan, telur dan susu sedikit sekali mengandung karbohidrat.
Sumber karbohidrat yang banyak dimakan sebagai makanan pokok di Indonesia
adalah beras, jagung, ubi, singkong, talas, dan sagu (Almatsier, 2004:44).
b. Lemak
Lemak merupakan zat gizi penghasil energi terbesar,
besarnya lebih dari dua kali energi yang dihasilkan
karbohidrat. Namun, lemak merupakan sumber energi yang tidak ekonomis
pemakaiannya. Oleh karena metabolisme lemak menghabiskan oksigen lebih banyak dibanding karbohidrat. Lemak atau
trigliserida di dalam tubuh diubah menjadi asam lemak dan gliserol. Selain
penghasil energi, lemak merupakan alat pengangkut vitamin yang larut dalam
lemak dan sebagai sumber asam lemak yang esensial, misalnya asam lemak
linoleat. Olahraga endurance merupakan olahraga
yang dilakukan dengan intensitas rendah sampai sedang (submaksimal) dan
berlangsung dalam waktu lama.
Lemak merupakan sumber energi yang penting untuk
kontraksi otot selama olahraga endurance. Sumbangan
lemak sebagai energi untuk kontraksi otot tergantung dari intensitas dan lamanya latihan olahraga. Olahraga
dengan intensitas rendah dan sedang serta dilakukan dalam jangka waktu lama,
energi yang dibebaskan selain karbohidrat, kebanyakan berasal dari lemak. Lemak yang dapat dioksidasi sebagai sumber
energi terdiri atas trigliserida, asam lemak bebas dan trigliserida intra
muskular.
Asam lemak bebas yang terikat dengan albumin di dalam
darah hasil metabolisme dari jaringan
lemak merupakan sumbangan yang besar pada metabolisme
lemak saat otot berkontraksi. Sedangkan asam lemak bebas yang terikat dengan
albumin di dalam darah hasil metabolisme dan trigliserida intra muskular dan
trigliserida plasma selama kontraksi otot tidak diketahui secara jelas. Kontraksi otot terjadi karena adanya energi hasil beta oksidasi asam lemak
bebas dan reaksi biokimiawi dalam jalur Kreb’s yang berasal dari lipolisis jaringan lemak. Otot mendapatkan asam lemak
bebas dan menggunakannya dalam bentuk energi biasanya ditentukan oleh
konsentrasi lemak dalam darah dan kemampuan otot untuk oksidasi asam lemak.
Peningkatan kadar asam lemak bebas dalam darah dan
penggunaannya oleh otot dapat mengurangi penggunaan glikogen dan glukosa darah.
Kadar asam lemak biasanya memuncak setelah 2-4 jam aktifitas olahraga. Trigliserida intra muskular dapat juga digunakan oleh
otot untuk berkontraksi. Trigliserida intra muskular dipercaya lebih penting
pada awal kontraksi otot dan selama olahraga dengan intensitas tinggi, dimana
lipolisis jaringan lemak untuk pembentukan energi masih terhambat.
Untuk memelihara keseimbangan fungsinya, tubuh
memerlukan lemak 0.5 s/d 1 gr/KgBB/hari. Latihan olahraga meningkatkan
kapasitas otot dalam menggunakan lemak sebagai sumber energi. Peningkatan
metabolisme lemak pada waktu melakukan kegiatan
olahraga yang lama mempunyai efek “melindungi” pemakaian glikogen dan
memperbaiki kapasitas ketahanan fisik. Walaupun demikian, konsumsi dan lemak
dianjurkan tidak lebih dari 30% total
energi/hari.
Sumber lemak adalah minyak tumbuh-tumbuhan (minyak
kelapa, kelapa sawit, kacang tanah, kacang kedelai, jagung dan sebagainya),
mentega, margarin, dan lemak hewan (lemak daging dan ayam). Sumber lemak lain
adalah kacang-kacangan, biji-bijian, daging dari ayam gemuk, krim, susu, keju dan kuning telur, serta
makanan yang dimasak dengan lemak atau minyak. Sayur dan buah (kecuali apokat)
sangat sedikit mengandung lemak.
c. Protein
Protein dari
makanan yang kita konsumsi sehari-hari dapat berasal dari hewani maupun nabati. Protein yang berasal dari hewani seperti daging, ikan, ayam, telur, susu, dan
lain-lain disebut protein hewani, sedangkan protein yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti kacang-kacangan, tempe, dan
tahu disebut protein nabati. Protein dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan,
pembentukan otot, pembentukan sel-sel darah merah, pertahanan tubuh terhadap
penyakit, enzim dan hormon, dan sintesa jaringan-jaringan badan lainnya. Protein dicerna menjadi asam-asam amino, yang kemudian dibentuk
protein tubuh di dalam otot dan jaringan lain.
Protein dapat berfungsi sebagai sumber energi apabila
karbohidrat yang dikonsumsi tidak mencukupi seperti pada waktu latihan fisik
intensif. Sebaiknya, kurang lebih 15% dari total kalori yang dikonsumsi berasal dari protein.
Secara umun kebutuhan protein adalah 0.8 sampai 1.0
gram/KgBB/hari, tetapi bagi mereka yang bekerja berat
kebutuhan protein bertambah. Atlet dari
olahraga yang memerlukan kekuatan dan kecepatan perlu mengkonsumsi 1.2-1.4 gram/KgBB/hari. Jumlah protein tersebut dapat diperoleh dari diet yang mengandung
12-15% protein.
Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang
baik, dalam jumlah maupun mutu, seperti telur, susu, daging, unggas, ikan, dan
kerang. Sumber protein nabati adalah kacang kedelai dan
hasilnya, seperti tempe, dan tahu, serta kacang-kacangan lain.
d. Vitamin
Vitamin adalah senyawa organik yang diperoleh oleh
tubuh dalam jumlah sedikit untuk mengetur fungsi-fungsi tubuh yang spesifik,
seperti pertumbuhan normal, memelihara kesehatan dan reproduksi. Vitamin tidak dapat
dihasilkan oleh tubuh, dan harus diperoleh dari bahan makanan.
Fungsi vitamin adalah:
1. Memelihara jaringan epitel termaksuk kulit dan
slaput-selaputnya
2. Memacu pertumbuhan
3. Reproduksi
4. Memelihara kesehatan dan kekuatan tubuh
5. Stabilitas system syaraf
6. Penambah selera makan
7. Membantu proses pencernaan
8. Sebagai antioksidan yakni untuk menghindarkan
terjadinya redikal bebas
e. Mineral
Mineral adalah zat organik yang diperlukan oleh tubuh
dalam jumlah sedikit untuk membantu reaksi fungsional tubuh.
Fungsi mineral adalah:
1. Menyediakan bahan sebagai komponen penyusun tulang dan
gigi
2. Membantu fungsi organ, memelihara irama jantung,
kontraksi otot, dan keseimbangan asam basa
3. Memelihara kepekaan otot dan syaraf terhadap rangsangan.
f.
Air
Air tidak mengandung energi, tetapi sangat penting
dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan tubuh manusia akan air dalam sehari sesuai
dengan banyaknya air yang keluar atau yang hilang dari tubuh. Pada keadaan normal dan ideal yaitu diet rendah cairan, aktifitas fisik minimal
serta tidak ada keringat yang keluar, orang dewasa membutuhkan air sebanyak
1500 —2000 ml sehari. Sumber air untuk kebutuhan tubuh biasanya didapat dari hasil oksidasi zat gizi, makanan, minuman.
Saat berolahraga kebutuhan
air tentu akan lebih banyak dibanding dalam keadaan istirahat. Oleh karena saat
berolahraga suhu tubuh meningkat dan tubuh menjadi panas. Tubuh yang panas
berusaha untuk menjadi dingin dengan cara berkeringat. Banyaknya keringat yang keluar tergantung dari ukuran tubuh, jenis olahraga, intensitas olahraga,
lamanya olahraga, cuaca dan kelembaban lingkungan, serta jenis pakaian atlet (Almatsier, 2004:58).
Keringat yang
keluar saat olahraga sebagian besar terdiri atas
air, namun keringat juga mengandung elektrolit. Perubahan status cairan tubuh
saat berolahraga disebabkan oleh peningkatan produksi keringat dan asupan
cairan ke dalam tubuh yang sedikit. Defisit air sebanyak 1% dari berat badan yang keluar dalam bentuk keringat saat
berolahraga terbukti mengurangi toleransi tubuh terhadap olahraga. Sedangkan, defisit air 3% sampai dengan 10% dari berat badan selama mengikuti olahraga menyebabkan penurunan prestasi olahraga.
meningkatkan risiko cedera, serta berbahaya untuk atlet.
Pemberian cairan pada
atlet bertujuan untuk mencegah dehidrasi dan untuk mempertahankan keseimbangan
cairan tubuh. Selain itu, pemberian cairan ditujukan untuk mencegah cedera
akibat panas tubuh yang berlebihan, misalnya heat exhaustion,
heat stroke. Nasihat yang paling baik saat berolahraga untuk mencegah kekurangan cairan adalah minum air
sebelum, selama dan setelah berolahraga.
Minum air jangan menunggu sampai rasa haus timbul.
Oleh karena, rasa haus tidak cukup baik
sebagai indikator keinginan untuk minum. Keinginan minum air lebih banyak dan
lebih sering karena kebiasaan, bukan karena adaptasi fisiologis. Rasa haus baru
timbul apabila tubuh telah mengalami kekurangan air (dehidrasi). Penggantian air selama berolahraga sangat penting
untuk memelihara penampilan yang optimal dan memelihara kesehatan. Minumlah air
30 - 60 menit sebelum bertanding sebanyak 150 -250 ml.
Air dingin kira-kira 10 o C lebih baik dari pada air hangat. Oleh karena air dingin lebih cepat
diserap oleh usus, sehingga waktu pengosongan lambung lebih cepat. Pemberian
air dalam jumlah yang sama dianjurkan pada atlet saat beristirahat diantara
pertandingan. Selama bertanding, atlet dianjurkan minum secara teratur setiap
10 - 15 menit sebanyak 150 - 250 ml air dingin. Segera setelah
bertanding, pemberian minuman ditujukan untuk mengganti cairan yang hilang dan
mendinginkan tubuh.
Atlet setelah pertandingan harus segera minum air
dingin sebanyak 150 - 250 ml. Selanjutnya atlet dapat
minum air yang mengandung karbohidrat, elektrolit dan mineral serta vitamin. Penelitian
menunjukkan bahwa penggantian air akibat keringat yang keluar lebih penting
daripada penggantian elektrolit.
Kasus kehilangan elektrolit yang serius atau ketidak
seimbangan elektrolit pada atlet jarang terjadi dibanding dehidrasi akibat
defisit air. Kekecualian misalnya terjadi pada atlet yang melakukan olahraga
sangat berat di bawah cuaca panas dan kelembaban tinggi.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi
Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi dapat
dibagi dua, yaitu faktor dari dalam (internal), yaitu : 1. usia atau umur, 2.
kondisi fisik dan 3. masalah infeksi. Faktor dari luar (eksternal)
terdiri dari : 1. pendapatan, 2. pendidikan,
3. pekerjaan dan 4. budaya.
1.
Faktor Internal
a.
Usia atau Umur
Usia atau umur akan mempengaruhi kemampuan atau
pengalaman yang dimiliki orang tua dalam pemberian nutrisi pada anak (Nursalam,
2001). Umur adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun, dikatakan masa
awal dewasa adalah usia 18 tahun sampai 40 tahun, dewasa Madya adalah 41 sampai
60 tahun, dewasa lanjut >60 tahun, umur adalah lamanya hidup dalam tahun
yang dihitung sejak dilahirkan (Harlock, 2004).
Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat
dilahirkan sampai saat berulang tahun. Jika dilihat dari sisi biologis, usia 18-25 tahun merupakan saat
terbaik untuk hamil dan bersalin. Karena pada usia ini biasanya organ-organ tubuh sudah berfungsi dengan
baik dan belum ada penyakit-penyakit degenerative sepertyi darah tinggi, diabetes, dan lainnya serta daya tahan tubuh
masih kuat (Dini Kasdu, dkk, 2001). Umur sangat berpengaruh terhadap status
gizi seseorang, khususnya usia 20-25 tahun merupakan usia yang paling baik
untuk berprestasi.
b. Kondisi Fisik
Harsono (1988:153), mengemukakan bahwa kondisi fisik
memegang peranan penting pada atlet pada waktu mengikuti program latihan,
maupun pada saat bertanding. Program latihan kondisi fisik haruslah
direncanakan secara baik dan sistematis, agar terwujud
tingkat kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional dari sistem tubuh sehingga dengan demikian memungkinkan
atlet untuk mencapai prestasi yang lebih baik. Menurut Sajoto
(1988:57), komponen kondisi fisik adalah satu kesatuan utuh dari komponen-komponen
kesegaran jasmani dan komponen kesegaran motorik dari seorang atlet atau olahragawan. Dari
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa profil kondisi fisik adalah gambaran
tentang keadaan yang terdapat pada diri
seorang atlet yang sangat diperlukan dalam setiap usaha peningkatan prestasi
atlet.
Seseorang yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan
dan yang lanjut usia, semuanya memerlukan pangan khusus karena status kesehatan
mereka yang buruk. Bayi dan anak-anak yang kesehatannya buruk, adalah sangat
rawan, karena pada periode hidup ini kebutuhan
zat gizi digunakan untuk pertumbuhan cepat (Suhardjo, et, all, 1986).
c.
Masalah Infeksi
Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu
makan atau menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna makanan (Santoso, 1999).
Infeksi merupakan hasil interaksi antara mikroorganisme dengan inang rentan
yang terjadi melalui suatu transmisi baik melalui darah, udara atau kontak
langsung. lnfeksi adalah kolonisasi yang dilakukan oleh spesies asing terhadap
organisme inang, dan bersifat membahayakan inang. Penyakit yang termasuk
golongan dalam kelompok biotis (biologik), maka penyakit yang ditimbulkannya disebut
dengan nama penyakit infeksi (infectious
diseases). Penyebab penyakit yang termasuk golongan biologik dapat berupa
jasad renik (mikro organisme) dan atau yang bukan jasad renik baik yang berasal
dari hewan (fauna) dan ataupun yang berasal dari
tumbuhan (flora). Contohnya adalah
metazoa (artropoda dan hekmintes), protozoa, bakteria, riketsia, virus, dan
jamur. Penyakit infeksi ini ada yang
bersifat menular (communicable diseases)
dan ada pula yang tidak menular (non
communicable disieases).
2.
Faktor Eksternal
a.
Pendapatan
Masalah gizi karena kemiskinan indikatornya adalah
taraf ekonomi keluarga, yang hubungannya dengan daya beli yang dimiliki
keluarga tersebut.
Krisis yang melanda perekonomian Indonesia pada
pertengahan tahun 1997 telah berpengaruh negatif terhadap kondisi perekonomian
secara menyeluruh dan khususnya terhadap kesejahteraan penduduk. Kondisi ini menyebabkan sebagian masyarakat tidak mampu
mengakses pangan dan pada akhirnya berpengaruh
terhadap keadaan gizi terutama anak balita serta ibu hamil dan ibu menyusui. Di
negara berkembang, kesakitan dan kematian pada anak balita banyak dipengaruhi
oleh keadaan gizi (Supariasa, 2001 : 184).
b. Pendidikan
Pendidikan tentang gizi merupakan suatu proses merubah
pengetahuan, sikap dan perilaku orang tua atau masyarakat untuk mewujudkan
keluarga dengan status gizi yang baik. Sebagian besar pendidikan ibu dan ayah
berada pada tingkat SD/ sederajat.
Hasil penelitian ternyata 50.6% ibu di Indonesia
hanya tamat SD, bahkan masih ada ibu
dan ayah yang tidak sekolah (6.8% dan 4.5%).
c.
Pekerjaan
Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama
untuk menunjang kehidupan keluarganya. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang
menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan
keluarga. Sementara ibu lebih banyak yang tidak bekerja (74.8%) dan ayah lebih banyak yang bekerja (97.7%).
d. Budaya
Budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi
tingkah laku dan kebiasaan (Markum, 1991). Di negara kita masih banyak
budaya-budaya yang sudah tidak cocok lagi diterapkan pada zaman moderen
sekarang ini.
4. Penilaian Status Gizi
(Antropometri)
Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung
dan secara tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung menurut
Supariasa (2001) dapat dilakukan dengan: 1. Antropometri, 2. klinis, 3. bio
kimia, 4. bio fisik.
Antropometri adalah ukuran tubuh manusia. Sedangkan antropornetri gizi adalah berhubungan
dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum digunakan untuk melihat keseimbangan
asupan protein dan energi.
Pemeriksaan klinis adalah metode untuk menilai status
gizi berdasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi dihubungkan dengan
ketidakcukupan zat gizi, seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau
organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah
pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan. Jaringan tubuh yang
digunakan antara lain darah, urine, tinja dan beberapa jaringan tubuh seperti
hati dan otot. Penilaian status gizi secara biofisik
adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemamapuan fungsi dan melihat perubahan struktur dari jaringan.
5. Klasifikasi Status Gizi
Klasifikasi di
atas berdasarkan parameter antropometri yang dibedakan atas:
1)
Berat Badan / Umur
Status
gizi ini diukur sesuai dengan berat badan terhadap umur dalam
bulan yang hasilnya kemudian dikategorikan sesuai dengan tabel 2.1.
2)
Tinggi Badan / Umur
Status
gizi ini diukur sesuai dengan tinggi badan terhadap umur
dalam bulan yang hasilnya kemudian dikategorikan sesuai dengan tabel 2.1.
3)
Berat Badan / Tinggi Badan
Status
gizi ini diukur sesuai dengan berat badan terhadap tinggi
badan yang hasilnya kemudian dikategorikan sesuai dengan tabel
2.1
4)
Lingkar Lengan Atas / Umur
Lingkar
lengan atas (LILA) hanya dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu gizi kurang dan gizi baik dengan batasan indeks sebesar 1,5
cm/tahun.
5)
Parameter Berat Badan / Tinggi Badan banyak digunakan karena merniliki kelebihan:
1)
Tidak memerlukan data umur
2)
Dapat membedakan proporsi badan ( gemuk, normal, kurus)
6)
Menurut Depkes RI (2005) Parameter berat badan / tinggi badan berdasarkan kategori Z-Score
diklasifikasikan menjadi 4 yaitu:
1)
Gizi Buruk (Sangat Kurus) : <-3 sd="" span="">
2)
Gizi Kurang (Kurus) : -3SDs/d<-2sd
span="">
3)
Gizi Baik (Normal) : -2SDs/d+2SD
4)
Gizi Lebih (Gemuk) : >+2S
The World Health
Organization (WHO) pada tahun 1997, The National Institute of
Health (NIH) pada tahun 1998 dan The Expert Committee on Guidelines for
Overweight in Adolescent Preventive Services merekomendasikan Body Mass Index
(BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT) sebagai
baku pengukuran obesitas pada anak dan remaja di atas usia 2 tahun. IMT merupakan petunjuk untuk menentukan kelebihan berat
badan berdasarkan Quatelet (berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat
tinggi badan dalam meter (kg/m2)). Interpretasi
IMT tergantung pada umur dan jenis kelamin anak, karena anak lelaki dan
perempuan memiliki lemak tubuh yang berbeda. 18 Berbeda dengan orang dewasa,
IMT pada anak berubah sesuai umur dan sesuai dengan peningkatan panjang dan
berat badan. Baru-baru ini The Centers for Disease Control (CDC)
mempublikasikan kurva IMT. TMT dapat diplotkan sesuai jenis kelamin pada kurva
pertumbuhan CDC untuk anak berusia 2-20 tahun.45,5 1.
IMT adalah cara termudah untuk memperkirakan obesitas
serta berkorelasi tinggi dengan massa lemak tubuh, selain itu juga penting untuk
mengidentifikasi pasien obesitas yang mempunyai risiko mendapat komplikasi
medis. IMT mempunyai keunggulan utama yakni menggambarkan lemak tubuh yang
berlebihan, sederhana dan bisa digunakan dalam penelitian populasi berskala
besar 47,50 Pengukurannya hanya membutuhkan 2 hal yakni
berat badan dan tinggi badan, yang keduanya dapat dilakukan secara akurat oleh
seseorang dengan sedikit latihan. Keterbatasannya adalah rnembutuhkan penilaian
lain bila dipergunakan secara individual.
Salah satu keterbatasan IMT adalah tidak bisa
membedakan berat yang berasal dari lemak dan
berat dari otot atau tulang. IMT juga tidak dapat
mengidentifikasi distribusi dari lemak tubuh.
Sehingga beberapa penelitian menyatakan bahwa standar cut off point untuk mendefinisikan obesitas berdasarkan IMT mungkin
tidak menggambarkan risiko yang sama untuk konsekuensi kesehatan pada semua ras
atau kelompok etnis.
Klasifikasi IMT
terhadap umur adalah sebagai berikut :
Table 2.1 Norma Perhitungan
IMT
Status
Gizi
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
Kurus
|
<20
.1="" span="">
|
<18
.7="" span="">
|
Normal
|
20.1
– 25.0
|
18.7
– 23.8
|
Obesitas
|
>30
|
>28.6
|
Rata-rata
|
22.0
|
20.8
|
Sumber : Centre for
Obesity Research Education
6.Kebutuhan Energi
Gerakan tubuh saat melakukan
olahraga dapat terjadi karena otot berkontraksi. Olahraga aerobik dan
anaerobik, keduanya memerlukan asupan energi. Namun, penetapan kebutuhan energi
secara tepat tidak sederhana dan sangat sulit. Perkembangan ilmu pengetahuan
sekarang hanya dapat menghitung kebutuhan energi berdasarkan energi yang
dikeluarkan.
Besarnya kebutuhan energi
tergantung dari energi yang digunakan setiap hari. Kebutuhan energi dapat
dihitung dengan memperhatikan beberapa komponen penggunaan energi.
Komponen-komponen tersebut yaitu basal metabolic rate (BMR), specific
dynamic action (SDA), aktifitas fisik dan faktor pertumbuhan.
- Basal
Metabolisme
Metabolisme basal adalah
banyaknya energi yang dipakai untuk aktifitas jaringan tubuh sewaktu istirahat
jasmani dan rohani. Energi tersebut dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi
vital tubuh berupa metabolisme makanan, sekresi enzim, sekresi hormon, maupun
berupa denyut jantung, bernafas, pemeliharaan tonus otot, dan pengaturan suhu
tubuh.
Metabolisme basal ditentukan
dalam keadaan individu istirahat fisik dan mental yang sempurna. Pengukuran
metabolisme basal dilakukan dalam ruangan bersuhu nyaman setelah puasa 12
sampai 14 jam (keadaan postabsorptive). Sebenarnya taraf metabolisme basal ini
tidak benar-benar basal. Taraf metabolisme pada waktu tidur ternyata lebih
rendah dari pada taraf metabolisme basal, oleh karena selama tidur otot-otot
terelaksasi lebih sempurna. Apa yang dimaksud basal disini ialah suatu kumpulan
syarat standar yang telah diterima dan diketahui secara luas.
Metabolisme basal
dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu jenis kelamin, usia, ukuran dan
komposisi tubuh, faktor pertumbuhan. Metabolisme basal juga dipengaruhi oleh
faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, dan keadaan emosi atau stres.
Orang dengan berat badan
yang besar dan proporsi lemak yang sedikit mempunyai Metabolisme basal lebih
besar dibanding dengan orang yang mempunyai berat badan yang besar tapi
proporsi lemak yang besar. Demikian pula, orang dengan berat badan yang besar
dan proporsi lemak yang sedikit mempunyai Metabolisme basal yang lebih besar
dibanding dengan orang yang mempunyai berat badan kecil dan proporsi lemak
sedikit.
Metabolisme basal seorang
laki-laki lebih tinggi dibanding dengan wanita. Umur juga mempengaruhi
metabolisme basal dimana umur yang lebih muda mempunyai metabolisme basal lebih
besar dibanding yang lebih tua. Rasa gelisah dan ketegangan, misalnya saat
bertanding menghasilkan metabolisme basal 5% sampai 10% lebih besar. Hal ini
terjadi karena sekresi hormon epinefrin yang meningkat, demikian pula tonus
otot meningkat.
Tabel 1. BMR untuk laki-laki berdasarkan berat badan
Jenis kelamin
|
Berat badan
(kg)
|
10 – 18 th
|
Energi(kalori)
18 – 30 th
|
30 – 60 th
|
Laki-laki
|
55
|
1625
|
1514
|
1499
|
60
|
1713
|
1589
|
1556
|
|
65
|
1801
|
1664
|
1613
|
|
70
|
1889
|
1739
|
1670
|
|
75
|
1977
|
1814
|
1727
|
|
80
|
2065
|
1889
|
1785
|
|
85
|
2154
|
1964
|
1842
|
|
90
|
2242
|
2039
|
1899
|
Tabel 2. BMR untuk perempuan berdasarkan berat badan
Jenis kelamin
|
Berat badan
(kg)
|
10 – 18 th
|
Energi(kalori)
18 – 30 th
|
30 – 60 th
|
Perempuan
|
40
|
1224
|
1075
|
1167
|
45
|
1291
|
1149
|
1207
|
|
50
|
1357
|
1223
|
1248
|
|
55
|
1424
|
1296
|
1288
|
|
60
|
1491
|
1370
|
1329
|
|
65
|
1557
|
1444
|
1369
|
|
70
|
1624
|
1516
|
1410
|
|
75
|
1691
|
1592
|
1450
|
- Specific
Dynamic Action
Bila seseorang dalam keadaan
basal mengkonsumsi makanan maka akan terlihat peningkatan produksi panas.
Produksi panas yang meningkat dimulai satu jam setelah pemasukan makanan,
mencapai maksimum pada jam ketiga, dan dipertahankan diatas taraf basal selama 6
jam atau lebih. Kenaikan produksi panas diatas metabolisme basal yang
disebabkan oleh makanan disebut specific dynamic action.
Specific dynamic action
adalah penggunaan energi sebagai akibat dari makanan itu sendiri. Energi
tersebut digunakan untuk mengolah makanan dalam tubuh, yaitu pencernaan
makanan, dan penyerapan zat gizi, serta transportasi zat gizi.
Specific dynamic action dari
tiap makanan atau lebih tepatnya zat gizi berbeda-beda. Specific dynamic action
untuk protein berbeda dengan karbohidrat, demikian pula untuk lemak. Akan
tetapi specific dynamic action dari campuran makanan besarnya kira-kira 10%
dari besarnya basal metabolisme.
- Aktifitas
fisik
Setiap aktifitas fisik memerlukan energi untuk
bergerak. Aktifitas fisik berupa aktifitas rutin sehari-hari, misalnya membaca,
pergi ke sekolah, bekerja sebagai karyawati kantor. Besarnya energi yang
digunakan tergantung dari jenis, intensitas dan lamanya aktifitas fisik.
Tabel 3 : Faktor aktifitas
fisik (perkalian dengan BMR)
Tingkat aktifitas
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
Istirahat di tempat tidur
|
1,2
|
1,2
|
Kerja sangat ringan
|
1,4
|
1,4
|
Kerja ringan
|
1,5
|
1,5
|
Kerja ringan – sedang
|
1,7
|
1,6
|
Kerja sedang
|
1,8
|
1,7
|
Kerja berat
|
2,1
|
1,8
|
Kerja berat sekali
|
2,3
|
2,0
|
Setiap aktifitas olahraga memerlukan energi untuk kontraksi
otot. Olahraga dapat berupa olahraga aerobik maupun olahraga anaerobik.
Besarnya energi yang digunakan tergantung dari jenis, intensitas dan lamanya
aktifitas olahraga.
Tabel 4.Kebutuhan energi
berdasarkan aktifitas olahraga (kal/mnt)
Aktifitas Olahraga
|
Berat
|
Badan
|
(kg)
|
||
50
|
60
|
70
|
80
|
90
|
|
Balap sepeda : – 9 km/jam
|
3
|
4
|
4
|
5
|
6
|
- 15 km/jam
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
- bertanding
|
8
|
10
|
12
|
13
|
15
|
Bulutangkis
|
5
|
6
|
7
|
7
|
9
|
Bola basket
|
7
|
8
|
10
|
11
|
12
|
Bola voli
|
2
|
3
|
4
|
4
|
5
|
Dayung
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
Golf
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
Hockey
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
Berlanjut …..
|
|||||
Lanjutan ….
|
|||||
Jalan kaki : – 10 menit/km
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
- 8 menit/km
|
6
|
7
|
8
|
10
|
11
|
- 5 menit/km
|
10
|
12
|
15
|
17
|
19
|
Lari : – 5,5 menit/km
|
10
|
12
|
14
|
15
|
17
|
- 5 menit/km
|
10
|
12
|
15
|
17
|
19
|
- 4,5 menit/km
|
11
|
13
|
15
|
18
|
20
|
- 4 menit/km
|
13
|
15
|
18
|
21
|
23
|
Renang : – gaya bebas
|
8
|
10
|
11
|
12
|
14
|
- gaya punggung
|
9
|
10
|
12
|
13
|
15
|
- gaya dada
|
8
|
10
|
11
|
13
|
15
|
Senam
|
3
|
4
|
5
|
5
|
6
|
Senam aerobik : – pemula
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
- terampil
|
7
|
8
|
9
|
10
|
12
|
Tenis lapangan : – rekreasi
|
4
|
4
|
5
|
5
|
6
|
- bertanding
|
9
|
10
|
12
|
14
|
15
|
Tenis meja
|
3
|
4
|
5
|
5
|
6
|
Tinju : – latihan
|
11
|
13
|
15
|
18
|
20
|
- bertanding
|
7
|
8
|
10
|
11
|
12
|
Yudo
|
10
|
12
|
14
|
15
|
17
|
- Pertumbuhan
Anak dan remaja mengalami
pertumbuhan sehingga memerlukan penambahan energi. Energi tambahan dibutuhkan
untuk pertumbuhan tulang baru dan jaringan tubuh.
Tabel 5. Kebutuhan energi
untuk pertumbuhan (kalori/hari)
Jenis kelamin anak
|
Umur
|
Tambahan energi
|
Anak laki-laki dan
|
10 – 14 tahun
|
2 kalori/kg berat badan
|
Perempuan
|
15 tahun
|
1 kalori/kg berat badan
|
16 – 18 tahun
|
0,5 kalori/kg berat badan
|
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Status gizi dapat diartikan sebagai ukuran keberhasilan
seseorang dalam pemenuhan nutrisi untuk tubuh yang
diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badannya. Selain itu status gizi juga
didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara
kebutuhan dan masukan nutrien. Pengukuran status gizi merupakan pengukuran yang
didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat diet. Status gizi juga diartikan sebagai keadaan
yang diakibatkan oleh status keseimbangan antara jumlah asupan (“intake”) zat gizi dan jumlah yang
dibutuhkan (“requirement”) oleh tubuh untuk
berbagai fungsi biologis: (pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas, pemeliharaan
kesehatan, dan lainnya).
Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada
kelompok masyarakat. Salah satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang
dikenal dengan Antropometri. Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi,
antropomteri disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan variabel lain.
Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan salah satu cara
penilaian status gizi seseorang yang telah baku. IMT merupakan petunjuk untuk
menentukan kelebihan berat badan berdasarkan Indeks Quatelet (berat badan dalam
kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m2)).
IMT adalah cara termudah untuk memperkirakan obesitas serta
berkorelasi tinggi dengan massa lemak tubuh, selain itu juga penting untuk
mengidentifikasi pasien obesitas yang mempunyai risiko mendapat komplikasi
medis. IMT mempunyai keunggulan utama yakni menggambarkan lemak tubuh yang
berlebihan, sederhana dan bisa digunakan dalam penelitian populasi berskala
besar.
B. Saran
Makanan
untuk seorang atlet harus mengandung zat gizi sesuai dengan yang dibutuhkan
untuk aktifitas sehari-hari dan olahraga. Makanan harus mengandung zat gizi
penghasil energi yang jumlahnya tertentu. Selain itu makanan juga harus mampu
mengganti zat gizi dalam tubuh yang berkurang akibat digunakan untuk aktifitas
olahraga. Besarnya kebutuhan energi tergantung dari energi yang digunakan setiap
hari. Kebutuhan energi dapat dihitung dengan memperhatikan beberapa komponen
penggunaan energi. Komponen-komponen tersebut yaitu basal metabolic rate
(BMR), specific dynamic action (SDA), aktifitas fisik dan faktor
pertumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Abunain
Djumadias, 1990, Aplikasi Antropometri sebagai Alat Ukur Status Gizi, Puslitbang Gizi Bogor.
Arikunto
Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian
(Suatu Pendekatan Praktek). Edisi Revisi V
Depkes
RI. 2004. Gizi Atlet untuk Prestasi.
Jakarta
Dewi
Rosmala (2010). Penelitian Tindakan Kelas.
Medan: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan.
Irianto
Djoko P. ( 2006 6) Panduan gizi lengkap
Keluarga Dan Olahragawan. Penerbit Andi Yogyakara, 2007
Harsono.
(1988). Coaching dan Aspek-Aspek
Psikologis dalam Coaching. Jakarta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan.
Kartono
Kartini. (1990). Pengantar Metodologi
Riset Sosial. Penerbit CV. Mandar Maju. Bandung.
Kartosapoetra.
(2008). Ilmu Gizi. Penerbit Rineka
Cipta. Jakarta.
Poerwadarminta
(1986). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Penerbit Balai Pustaka.
Riduwan
(2004) Belajar Mudah Penelitian Untuk
Guru Karyawan dan Peneliti Pemula. Pengantar Prof.Dr.H. Buchari Alma.
Bandung. Penerbit Alfabeta.
Sunita
Almatsier. (2004 3).Prinsip-Prinsip ilmu
Gizi. Jakarta :PT. Gramedia Pustaka Sudjana. (1989). Metoda Statistika.
Edisi Ke 5. Penerbit Tarsito. Bandung.
Supariasa,
2001, Epidemiologi Gizi, AKZI Malang
Suhardjo,
1986, Gizi dan Pangan, Kanisius, Yogyakarta
www://duniaanak.org/seputar-anak/pengertian-anak-usia-dini-yang-perlu-kita-ketahui.htm
===
Judul: DOWNLOAD MAKALAH ILMU GIZI OLAHRAGA
Ditulis Oleh Handi
Berikanlah saran dan kritik atas artikel ini. Salam blogger, Terima kasih
Post a Comment