ELEKTRONIKA
ANALOG
RESUME MATERI

Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah Elektronika Analog
Nama
Mahasiswa : Handi Suryawinata
NIM : 5301412061
Dosen
Pengampu : Drs.Suryono M.T
PROGAM STUDI TEKNIK
ELEKTRO
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI
SEMARANG
2014
TANGGAPAN FREKUENSI
Transistor
adalah alat
semikonduktor yang dipakai sebagai penguat, pemotong (switching), stabilisasi
tegangan, modulasi sinyal atau fungsi lainnya. Transistor dapat berfungsi
semacam kran listrik, dimana berdasarkan arus inputnya (BJT) atau tegangan
inputnya (FET), memungkinkan pengaliran listrik yang sangat akurat dari
sirkuit sumber listriknya. Dalam rangkaian-rangkaian digital, transistor
digunakan sebagai saklar berkecepatan tinggi. Beberapa transistor juga dapat
dirangkai sedemikian rupa sehingga berfungsi sebagai logic gate,
memori, dan komponen-komponen lainnya.
Ada dua tipe dasar transistor, yang
masing-masing bekerja secara berbeda. Tipe dasar transistor tersebut diantaranya :
1.
BJT
(Bipolar Junction Transistor)
Bipolar Junction Transistor
(BJT) adalah piranti tiga-saluran yang terbuat dari bahan semikonduktor
terkotori. Dinamai
Bipolar karena operasinya menyertakan baik elektron maupun lubang elektron
2.
FET
(Field Effect Transistor)
Transistor efek–medan (FET)
adalah salah satu jenis transistor menggunakan medan listrik untuk
mengendalikan konduktifitas suatu kanal dari jenis pembawa muatan tunggal dalam
bahan semikonduktor
A.
PERBEDAAN FET DAN BJT
Perbedaan transistor FET dan BJT diantaranya adalah :
1.
Konversi: Transistor BJT mengkonversi arus menjadi arus, FET mengkonversi
tegangan menjadi arus
2.
Arus input: BJT membutuhkan arus input, FET tidak membutuhkan
arus input
3.
Input/output: Hubungan input/output BJT adalah linear
direpresentasikan oleh sebuah garis lurus, namun hubungan input/output sebuah
FET tidak linear untuk sinyal-sinyal besar (bertegangan tinggi). Hal ini dapat
mengakibatkan terjadinya distorsi pada sinyal-sinyal besar yang diumpankan ke
sebuah FET
4.
Kecepatan : FET dapat melaksanakan proses pensaklaran secara lebih cepat
dibandingkan BJT, namun demikian kedua jenis transistor ini dirasa cukup cepat
untuk memenuhi kebutuhan sebagian besar aplikasi elektronik
5.
Tegangan input : sebuah FET menjadi aktif ketika tegangan
gate-sourcenya melampaui suatu tegangan ambang. Tegangan gate dapat memiliki
nilai yang berada dalam kisaran antara tegangan ambang dan tegangan sumber,
ketika FET dalam keadaan aktif. Tegangan basis-emitor BJT akan selalu mendekati
nilai 0,7 V, ketika BJT dalam keadaan aktif, terlepas dari berapa besar arus
inputnya
6.
Resistor input: sebuah FET tidak membutuhkan
sebuah resistor di depan terminal gatenya. Hal ini dapat menjadikan
rangkaian yang bersangkutan jauh lebih sederhana
7.
Tahanan output: kebanyakan FET memiliki tahanan yang sangat rendah
ketika berada dalam keadaan aktif, biasanya kurang dari 1 Ohm. Hal ini membuat
komponen-komponen ini sangat cocok untuk digunakan dalam rangkaian saklar
transistor.
CARA
KERJA TRANSISTOR FET DAN BJT
1.
Bipolar
Junction Transistor (BJT)
Sesuai dengan namanya transitor bipolar ( BJT )
menggunakan dua polaritas yang membawa muatan untuk membawa arus listrik pada
kanal produksinya. Di dalam transistor bipolar ( BJT ) juga terdapat suatu
lapisan pembatas yang dinamakan depletion zone, yang pada akhirnya setiap arus
listrik yang akan masuk akan melewati pembatas tersebut dan terbagi karena
adanya depletion zone ini.
- Field Effect Transistor (FET)
Sedikit berbeda dengan cara
kerja pada transistor bipolar. Dimana pada transistor effect (FET) ini hanya
menggunakan satu jenis polaritar atau pembawa muatan arus listrik. Hal ini
jelas berbeda dengan transistor bipolar yang memiliki dua polaritas pembawa
muatan. Untuk transistor effect ( FET ), arus yang masuk tidak akan terbagi
menjadi dua aliran seperti pada transistor bipolar. Karena posisi letak
depletion zone dari resistor effect terdapat di kedua sisi bukan berada di
tengah-tengah. Sebenarnya untuk tipe atau jenis transistor dari BJT dan FET
sendiri sama saja fungsinya, yang membedakan adalah dari cara kerja
transistornya saja
B. RESPON
FREKUENSI TRANSISTOR FET DAN BJT
1.
Bipolar
Junction Transistor (BJT)
a. Respon Frekuensi Rendah
Frekuensi cut off rendah basis
ditentukan dengan :

Frekuensi
cut off rendah kolektor ditentukan dengan

Frekuensi
cut off rendah emiter ditentukan dengan

b. Respon Frekuensi Tinggi
Dalam banyak cara, operasi BJT
frekuensi tinggi mirip dengan operasi BJT frekuensi rendah. Keduanya mempunyai
sebuah frekuensi cut off untuk setiap rangkaian terminal. Sekali nilai f2
dilewati, rangkaian akan cut off dan akan mempunyai nilai roll-off yang
kira-kira sama dengan 20 dB/decade (6 dB/octave).
Perbedaan utamanya adalah
pada nilai kapasitansi yang digunakan dalam penghitungan f2 dan metode yang
digunakan untuk menentukan total resistansi dalam setiap rangkaian terminal.
2.
Field
Effect Transistor (FET)
a.
Respon
Frekuensi Rendah
Untuk rangkaian gate
ditentukan dengan :

Untuk rangkaian drain
ditentukan dengan :

b.
Respon
Frekuensi Tinggi
Nilai respon frekuensi untuk
rangkaian gate adalah:

Nilai respon frekuensi untuk
rangkaian drain adalah:

NON INVERTING OP-AMP
1. Non
- pembalik Amplifier (non inverting op amp)
Dalam
konfigurasi ini, sinyal tegangan input, (Vin) diterapkan langsung ke non-pembalik
(+) terminal input yang berarti bahwa gain output dari penguat menjadi "
positif " nilai dalam kontras dengan "Pembalikan Amplifier"
sirkuit kami melihat dalam tutorial terakhir yang mendapatkan output negatif
dalam nilai. Hasil ini adalah bahwa sinyal output " di-fase " dengan
sinyal input.
Kontrol
umpan balik dari penguat non-pembalik dicapai dengan menerapkan sebagian kecil
dari sinyal tegangan output kembali ke pembalik ( - ) terminal input melalui
suatu Rƒ - R2 tegangan jaringan pembagi , lagi memproduksi umpan balik negatif
. Ini konfigurasi loop tertutup menghasilkan rangkaian penguat non - pembalik
dengan stabilitas yang sangat baik , impedansi masukan yang sangat tinggi , Rin
mendekati tak terhingga , karena tidak ada arus yang mengalir pada terminal
input positif , ( kondisi ideal ) dan impedansi output yang rendah , Rout
seperti yang ditunjukkan di bawah ini.
2. Non
- pembalik Amplifier Konfigurasi
Dalam sebelumnya Pembalikan Amplifier tutorial ,
kita mengatakan bahwa " tidak ada arus ke input " dari penguat dan
bahwa " V1 sama V2 " . Ini karena persimpangan input dan sinyal umpan
balik ( V1 ) berada pada potensial yang sama . Dengan kata lain persimpangan
adalah "bumi virtual" titik penjumlahan . Karena simpul bumi virtual
resistor , Rƒ dan R2 membentuk jaringan pembagi potensial sederhana di penguat
non - pembalik dengan gain tegangan dari rangkaian yang ditentukan oleh rasio
R2 dan Rƒ seperti yang ditunjukkan di bawah ini
Setara Potensi Divider Jaringan
3. Non
- pembalik Amplifier Potensi Divider
Menghitung gain tegangan loop tertutup ( AV ) dari
Amplifier Non - pembalik sebagai berikut :
- Perhitungan
Laba Amplifier non – pembalik
- Kemudian
gain tegangan loop tertutup dari Amplifier Non - pembalik diberikan sebagai:
Keseluruhan gain loop tertutup dari penguat non -
pembalik akan selalu lebih besar tetapi tidak pernah kurang dari satu (unity) ,
itu positif di alam dan ditentukan oleh rasio nilai-nilai Rƒ dan R2 . Jika
nilai resistor umpan balik Rƒ adalah nol , gain dari penguat akan persis sama
dengan satu (unity) . Jika resistor R2 adalah nol gain akan mendekati tak
terhingga , tetapi dalam prakteknya akan terbatas pada penguat operasional gain
diferensial loop terbuka , (Ao)
Non
- pembalik Amplifier Konfigurasi
4. Follower
tegangan ( Unity Gain Buffer )
Jika kita membuat resistor umpan balik , Rƒ sama
dengan nol , ( Rƒ = 0 ) , dan resistor R2 sama dengan tak terhingga , ( R2 = ∞
) , maka rangkaian akan memiliki keuntungan tetap " 1 " karena semua tegangan
output akan hadir pada terminal masukan pembalik ( umpan balik negatif ) . Hal
ini kemudian akan menghasilkan jenis khusus dari rangkaian penguat non-pembalik
disebut Pengikut Tegangan atau juga disebut " gain penyangga " .
Tegangan Follower Circuit
Dalam konfigurasi ini sirkuit non-pembalik , input
impedansi Rin telah meningkat hingga tak terbatas dan umpan balik impedansi Rƒ
dikurangi menjadi nol. Output terhubung langsung kembali ke input pembalik
negatif sehingga umpan balik adalah 100 % dan Vin adalah persis sama dengan
Vout memberikan keuntungan tetap 1 atau kesatuan . Sebagai tegangan input Vin
diterapkan pada masukan non - pembalik gain dari penguat diberikan sebagai :
5. Unity
Gain Buffer
Karena tidak ada arus yang mengalir pada terminal
masukan non - pembalik input impedansi tak terbatas ( op-amp ideal ) dan juga
tidak ada arus mengalir melalui loop umpan balik sehingga setiap nilai
resistansi dapat ditempatkan dalam loop umpan balik tanpa mempengaruhi
karakteristik sirkuit karena tidak ada tegangan hilang di atasnya , nol arus ,
tegangan drop nol , nol kehilangan daya.
INVERTING OP-AMP
1.
Penguat
Pembalik (Inverting Op Amp)
Rangkaian penguat membalik diatas
merupakan rangkaian dasar inverting amplifier yang menggunakan sumber tegangan
simetris. Secara matematis besarnya faktor penguatan (A) pada rangkaian penguat
membalik adalah (-Rf/Rin) sehingga besarnya tegangan output secara matematis
adalah :

Apabila nilai resistansi feedback (Rf)
adalah 10KOhm dan resisntansi input 1 KOhm maka secara matematik besarnya
faktor penguatan rangkaian penguat membalik (inverting amplifier) diatas adalah
:


Gambar Sinyal Output Dan Sinyal Input
Inverting Amplifier.
Dalam percobaan untuk mendapatkan bentuk
sinyal output dan sinyal input seperti diatas dapat digunakan osciloscope doble
trace dengan input A osciloscope dihubungkan ke jalur input penguat membalik
(inverting amplifier) dan input B osciloscope dihubungkan ke jalur output
penguat mebalik tersebut. Dengan alat ukur osciloscope yang terhubung seperti
ini dapat dianalisa perbandingan sinyal input dengan sinyal output rangkaian
penguat membalik (inverting amplifier) secara lebih life dalam berbagai
perubahan sinyal input.

i1 = vin/R1
iF
= i1
vo
= -iFRF =
-vinRF/R1
Av = RF/R1 b = R1/RF
1.
Karakteristik Inverting Op Amp
·
Input resistance
Karena terminal inverting dalam kondisi
virtual ground, maka input resistance yang terlihat dari sumber (vs) adalah Rs.
·
Output resistance
Output resistance
rangkaian yang terlihat dari beban adalah mendekati nol
·
Bandwidth
Gain-Bandwidth Product (GBW) Op-amp,
disebut juga satuan (unity) gain bandwidth, diberikan di dalam data sheets.
Sebagai contoh Op-amp 741 adalah 1 MHz.
Cara
Kerja Inverting Op Amp
Prinsip kerja sebuah operasional
Amplifier (Op-Amp) adalah membandingkan nilai kedua input (input inverting dan
input non-inverting), apabila kedua input bernilai sama maka output Op-amp
tidak ada (nol) dan apabila terdapat perbedaan nilai input keduanya maka output
Op-amp akan memberikan tegangan output. Operasional amplifier (Op-Amp) dibuat
dari penguat diferensial dengan 2 input.
KOMPARATOR DAN APLIKASI OP-AMP
A.
Comparator Op amp
Penguat Operasional (Operational
Amplifier–Op Amp) adalah sebuah penguat instan yang bisa langsung dipakai
untuk benyak aplikasi penguatan. Sebuah Op amp biasanya berupa IC (Integrated
Circuit). Pengemasan Op amp dalam IC bermacam-macam, ada yang berisi satu op
amp (contoh : 741), dua op amp (4558, LF356), empat op amp (contoh = LM324,
TL084), dll.
B.
Kelebihan Penguat Operasional (op amp):
- Impedansi input yang tinggi sehingga tidak
membebani penguat sebelumnya.
- Impedansi output yang rendah sehingga tetap
stabil walau dibebani oleh rangkaian selanjutnya.
- Lebar pita (bandwidth) yang lebar sehingga
dapat dipakai pada semua jalur frekuensi audio (woofer, midle, dan
tweeter)
- Adanya fasilitas offset null sehingga memudahkan
pengaturan bias penguat agar tepat dititik tengah sinyal.
C.
PenggunakanPenguatOperasional:
1.
Pembanding
Comparator adalah penggunaan op amp sebagai pembanding
antara tegangan yang masuk pada input (+) dan input (-).
Jika input (+) lebih
tinggi dari input (-) maka op amp akan mengeluarkan tegangan positif dan jika
input (-) lebih tinggi dari input (+) maka op amp akan mengeluarkan tegangan negatif.
Dengan demikian op amp dapat dipakai untuk membandingkan dua buah tegangan yang
berbeda.
2.
Inverting
o
Sinyal input (Vin) masukke pin positif (+) dari
op-amp, dan tegangan referensi (Vref) masuk ke pin negative (-).
o Jika
sinyal input melewati/ diatas threshold (Vin >Vref), maka output akan berlogika
low, dan jika sinyal input di bawah threshold (Vin <Vref), maka output
berlogika high.

3.
Non-Inverting
o
Sinyal input (Vin) masukke pin negatif (-) dari
op-amp, dan tegangan referensi (Vref) masuk ke pin positif (+).
o Jika
sinyal input dibawah threshold (Vin <Vref) ,maka output akan berlogika low,
dan jika sinyal input diatas threshold (Vin >Vref) maka output akan berlogika
high.

4.
Penguat differensial
Penguat differensial
adalah penggunaan op amp untuk mencari selisih antara dua buah titik tegangan
yang berbeda.
5.
Penguat penjumlah (Summing Amplifier)
Penguat penjumlah berfungsi
menjumlahkan level masing-masing sinyal input yang masuk ke op amp. Penggunanan
op amp sebagai penjumlah sering dijumpai pada rangkaian mixer audio.
6.
Integrator (atau LPF)
Integrator
berfungsi mengintegralkan tagangan input terhadap waktu. Penggunanan
integrator juga sebagai tapis lulus bawah (Low Pass Filter)
7.
Differensiator (atau HPF)
Differensiator
berfungsi mendiferensialkan tegangan input terhadap waktu. Penggunanan diferensiator
juga sebagai tapis lulus atas (High Pass Filter)
D. Pengaplikasian Op
amp
1. Sebagaisaklarotomatislamputaman.
2. Pemanfaatan sensor
gerak.
3. Pengaplikasianpada
robot line follower.
4. Pengaplikasianpada
sensor jarak.
UMPAN BALIK
1.1 Penguat Umpan Balik



Gambar 1. Diagram kotak
penguat umpan balik
Pada penguat umpan balik
terdapat 2 kemungkinan
·
Sinyal masukan menjadi lebih besar
·
Sinyal masukan menjadi lebih kecil
1.1.1 Penguat Umpan Balik negatif (Negatif Feedback)
Adalah umpan balik yang menyebabkan sinyal
masukan menjadi lebih tinggi sehingga sinyal keluaran juga semakin tinggi. Hal
ini dikarenakan penguat ini mempunyai faktor umpan balik bernilai positif.
1.1.2 Penguat Umpan Balik Positif (Positif Feedback)
Adalah umpan balik yang menyebabkan sinyal
input menjadi lebih rendah sehingga sinyal output juga semakin rendah. Untuk umpan balik negatif, satu-satunya kerugian sistem ini adalah
menurunkan tegangan (A).
Pengaruh Umpan balik negatif:
1.
Memperkecil distorsi (cacat) tak linier
2.
Memperbaiki stabilitas
3.
Memperlebar Bandwidth (lebar pita)
4.
Memperkecil
penguatan
1.2 Jenis Penguat Umpan Balik
1.2.1 Penguat Umpan Balik Tegangan Seri
Penguat umpan balik tegangan seri
merupakan jenis penguat dimana tegangan keluarannya dijadikan masukan umpan
balik dan antara umpan balik dengan masukan disusun secara seri.

Gambar 2. Blok diagram umpan balik tegangan
seri (seri-paralel)
Prinsip umpan balik dari gambar diatas
adalah bahwa yang diumpan balikan adalah tegangan keluaran (jaringan umpan
balik terhubung paralel). Umpan balik ke masukan berupa tegangan (jaringan
umpan balik terhubung seri dengan tegangan masukan Vin).
Sifat dari tipe umpan balik tegangan seri
adalah:
1. Resistansi keluaran
mengecil (karena jaringan umpan balik paralel dengan keluaran penguatan)
2. Resitansi masukan
membesar (dipandang dari masukan, jaringan umpan balik dihubung seri dengan
penguat)
2.2.2
Penguat Umpan Balik Tegangan Paralel (Shunt)
Penguat umpan balik tegangan paralel merupakan
jenis penguat dimana tegangan keluarannya dijadikan masukan umpan balik dan
antara umpan balik dengan masukan disusun secara paralel.

Gambar 7. Blok diagram umpan balik tegangan
paralel (shunt)
Dari gambar diatas karena yang diumpan
balikan tegangan, maka umpan balik disadap dari tegangan keluaran Vo, diumpan
balikan ke masukan secara paralel, sehingga jaringan umpan balik paralel dengan
dengan terminal masukan.
Sifat dari tipe umpan balik tegangan
paralel adalah:
- Baik resistansi
keluaran amupun masukannya rendah
- Yang diumpan
balikan adalah arus (if), sehingga β = xf/xo menjadi if/Vo dengan
satuan mho (kebaliakan dari ohm).
2.2.3 Penguat Umpan Balik Arus Seri
Penguat umpan balik arus seri merupakan
jenis penguat dimana arus keluarannya dijadikan masukan umpan balik dan antara
umpan balik dengan masukan disusun secara seri.

Gambar 4. Blok diagram penguat umpan balik arus
seri (seri-seri)
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa
yang diumpan baliakan adalah arus keluaran io. Oleh jaringan umpan balik sinyal
diberikan masukan secara seri sehingga Vs tidak sama dengan Vi, dengan demikian
yang diumpan balikan adalah tegangan.
Akibatnya: baik resistansi masukan maupun keluaran dengan adanya
umpan balik menjadi bertambah besar.
2.2.4 Penguat Umpan Balik
Arus Paralel (Shunt)
Penguat umpan balik arus paralel
merupakan jenis penguat dimana arus keluarannya dijadikan masukan umpan balik
dan antara umpan balik dengan masukan disusun secara paralel.

Gambar 9. Blok diagram penguat umpan balik arus
paralel (shunt)
Dari gambar di atas terlihat bahwa yang
diumpan balikan adalah arus keluaran io. Sementara jaringan umpan balik pada
bagian masukan dihubung paralel dengan bagian masukan penguat, maka umpan
baliknya berupa arus.
Pengaruh umpan balik terhadap resistansi
masukan dan resistansi keluaran penguat bahwa resistansi masukan menjadi lebih
kecil, sedang resistansi keluaran membesar.
OSCILATOR
1.
Pengertian Osilator
Osilator
adalah suatu rangkaian yang menghasilkan keluaran yang amplitudonya
berubah-ubah secara periodik dengan waktu. Osilator merupakan piranti
elektronik yang menghasilkan keluaran berupa isyarat tegangan. Bentuk isyarat
tegangan terhadap waktu ada bermacam-macam, yaitu bentuk sinusoidal, persegi,
segitiga, gigi gergaji, atau denyut. Osilator seperti ini disebut pembangkit
isyarat, atau pembangkit fungsi jika isyarat keluarannya dapat mempunyai
berbagai bentuk.
Osilator
digunakan untuk mendeteksi dan menentukan jarak dengan gelombang mikro (radar)
ataupun gelombang ultrasonic (sonar). Selain itu, hampir semua alat digital
seperti jam tangan, digital kalkulator, komputer, alat-alat pembantu komputer,
dan sebagainya menggunakan osilator. Pesawat penerima radio dan televisi juga
menggunakan osilator untuk mengolah isyarat yang datang. Isyarat yang datang
ini dicampur dengan isyarat dari osilator lokal sehingga menghasilkan isyarat
pembawa informasi dengan frekuensi lebih rendah. Isyarat yang terakhir ini
dikenal sebagai isyarat if (intermediate frequency).
2.2 Jenis-jenis
Osilator
a. Osilator harmonisa menghasilkan
bentuk gelombang inusoida. Osilator harmonisa disebut juga dengan
Osilator Linear. Bentuk dasar
osilator harmonisa terdiri dari sebuah penguat
dan sebuah filter yang membentuk umpan balik positif yang menentukan
frekuensi output.
b. Osilator Relaksasi adalah osilator
yang memanfaatkan prinsip saklar secara terus menerus dengan periode tertentu
yang menentukan frekuensi output. Osilator relaksasi menghasilkan beberapa bentuk
gelombang non-sinus, yaitu: Gelombang kotak, segitiga, pulsa dan gigi
gergaji
c. Osilator amstrong dinamai sesuai
dengan nama penemunya Edwin Amstrong. Osilator amstrong terdiri dari sebuah
penguat dan sebuat umpan balik rangkaian LC.
d. Osilator
Hartley termasuk jenis osilator LC. Osilator Hartley tersusun dari dua buah
induktor yang disusun seri dan sebuah kapasitor tunggal. Kelebihan osilator
hartley adalah mudahnya mengatur nilai frekuensi yaitu dengan menempatkan
sebuah kapasitor variabel pada komponen kapasitornya. Selain itu amplitudo
output osilator juga relatif tetap pada range frekuensi kerja penguat osilator.
e. Osilator Colpits termasuk jenis
osilator LC. Osilator colpits tersusun dari dua buah kapasitor yang disusun
seri dan sebuah induktor tunggal. Kelebihan osilator colpits adalah mudahnya
mengatur nilai frekuensi yaitu dengan menempatkan sebuah induktor variabel pada
komponen induktornya seperti halnya penggunaan kapasitor variabel pada osilator
hartley. Amplitudo output osilator juga relatif tetap pada range frekuensi
kerja penguat osilator.
f. Osilator
Clapp termasuk jenis osilator LC. Osilator
Clapp tersusun dari tiga buah kapasitor dan satu buah induktor.
Konfigurasi osilator clapp sama dengan osilator colpits namun ada penambahan
kapasitor yang disusun seri dengan induktor (L).
g. Osilator ini termasuk jenis osilator
RC. Osilator jembatan Wien disebut juga osilator “Twin-T” karena
menggunakan dua “T” sirkuit RC beroperasi secara paralel. Satu rangkaian adalah
sebuah RCR “T” yang bertindak sebagai filter low-pass. Rangkaian kedua adalah
CRC “T” yang beroperasi sebagai penyaring bernilai tinggi. Bersama-sama,
sirkuit ini membentuk sebuah jembatan yang disetel pada frekuensi osilasi yang
diinginkan. Sinyal di cabang CRC dari
filter Twin-T yang maju, di RCR itu – tertunda, sehingga mereka dapat
melemahkan satu sama lain pada frekuensi tertentu
h. Osilator pergeseran fasa termasuk
jenis osilator RC. Pada osilator pergeseran fasa terdapat sebuah pembalik fasa
total 180 derajat. Pembalik fasa ini di menggeser fasa sinyal output sebesar
180 derajat dan memasukkan kembali ke input sehingga terjadi umpan balik
positif. Rangkaian pembalik fasa ini biasanya dibentuk oleh tiga buah rangkaian
RC.
i. Osilator Kristal adalah osilator yang
rangkaian resonansinya tidak menggunakan LC atau RC melainkan sebuah kristal
kwarsa. Rangkaian dalam kristal mewakili rangkaian R, L dan C yang disusun seri.
Osilator Pierce ditemukan oleh George W. Pierce. Osilator Pierce banyak dipakai
pada rangkaian digital karena bentuknya yang simpel dan frekuensinya yang
stabil.
PENGUAT DAYA KELAS A DAN KELAS B
A.
Kelas Penguat
Penguat daya dapat diklasifikasikan menurut persentase waktu arus
kolektor mengalir. Kelas-kelas penguat menunjukkan lamanya sinyal output
mengalir terhadap satu siklus operasi penuh dari sinyal input. Yang dimaksud
satu siklus penuh operasi adalah 3600.
Pembagian kelas
penguat tersebut adalah:
1.
Penguat Kelas
A:
Penguat kelas A dapat menghasilkan sinyal output sesuai dengan
sinyal input selama siklus penuh. Arus output (kolektor) mengalir terus menerus
meskipun tidak ada sinyal input, sehingga transistor menerima panas karena
adanya ICQ. Efisiensi penguat yang beroperasi pada kelas A sangat rendah.
2.
Penguat Kelas B
Penguat kelas B hanya dapat menguatkan setengah siklus (180o)
dari sinyal input, sehingga apabila inputnya gelombang sinus maka sinyal
outputnya berupa setengah gelombang. Penguat kelas B selalu digunakan untuk dua
buah penguat yang masing-masing penguat menguatkan setengah gelombang input,
sehingga bisa diperoleh sinyal output yang penuh. Rangkaian penguat ini disebut
dengan penguat push-pull. Masing-masing penguat bekerja secara bergantian sesuai
dengan polaritas ayunan sinyal input.
3.
Penguat Kelas
AB
Penguat kelas AB beroperasi diantara penguat kelas A dan kelas AB.
Transistor diberi biasdisekitar daerah cut-in (mulai menghantar), sehingga
diperoleh linieritas yang baik. Sinyal output yang dihasikan penguat kelas AB
adalah selama selang lebih dari 180o dari sinyal input, namun kurang
dari 360o. Efisiensi penguat kelas AB juga terletak diantara
efesiensi kelas A dan kelas B Penguat kelas AB dipergunakan dalam penguat
push-pull guna memperbaiki linieritas. Apabila yang digunakan adalah penguat
kelas B, maka pada sinyal output terdapat cacat silang (crossover distortion)
karena ketidaklinieran saat pergantian kerja transistor. Dengan menggunakan
penguat kelas AB, cacat tersebut dapat diatasi.
B.
Penguat Daya
Kelas A Beban Resistor
Rangkaian penguat daya kelas A satu tingkat dengan beban resistor
tampak pada gambar.

Gambar. Rangkaian penguat daya kelas A beban resistor
Dapat disimpulkan bahwa efesiensi maksimum penguat daya kelas A dengan
beban resistor adalah 0,25 atau 25 %. Efesiensi penguat ini adalah mulai dari
0% yaitu pada saat tidak ada sinyal output sampai 25% yaitu pada saat sinyal
output maksimum. Dalam perencanaan sering dihadapkan pada masalah pemilihan
daya transistor maksimum (PC,mak) yang akan dipakai dalam rangkaian penguat
agar dapat menghasilkan daya beban maksimum (PL,mak) tertentu. Oleh karena itu
perlu ditentukan perbandingan antara daya transistor maksimum (PC,mak) dengan
daya beban maksimum (PL,mak), yakni yang sering disebut dengan figure of merit.
Daya pada transistor (kolektor) akan maksimum apabila tidak ada sinyal output.
C.
Penguat kelas B
Apabila transistor dibias pada titik mati (cut-off) atau dengan
kata lain tidak diberi bias, maka transistor bekerja pada kelas B. Oleh karena
penguat kelas B hanya dapat menguatkan setengah siklus sinyal input, maka agar
diperoleh sinyal output secara penuh diperlukan dua buah transistor yang
bekerja pada kelas B. Rangkaian dengan menggunakan dua buah transistor pada
kelas B ini sering disebut dengan penguat push-pull. Gambar berikut merupakan
blok dasar penguat pushpull.

Gambar 4 Blok dasar penguat push-pull
Dalam praktek terdapat bermacam-macam variasi penguat push-pull,
diantaranya yang paling banyak dikenal adalah: penguat push-pull dengan trafo
input dan output, simetri komplementer, komplementer semu, dan lain sebagainya.
Gambar berikut adalah rangkaian penguat push-pull kelas B dengan menggunakan
trafo input dan output, sedangkan gambar 6 menunjukkan garis bebannya.

Gambar 5 Rangkaian penguat push-pull kelas B dengan trafo input dan
output

Gambar 6. Garis beban dc dan ac penguat kelas B
PENGUAT DAYA C dan D
Penguat
Daya Kelas C
Penguat yang disebut kelas C yang
hanya perlu 1 transistor. Ada beberapa aplikasi yang memang hanya memerlukan 1
phase positif saja.Contohnya adalah pendeteksi dan penguat frekuensi pilot,
rangkaian penguat tuner RF dan sebagainya. Transistor penguat kelas C bekerja
aktif hanya pada phase positif saja, bahkan jika perlu cukup sempit hanya pada
puncak-puncaknya saja dikuatkan. Sisa sinyalnya bisa direplika oleh rangkaian
resonansi L dan C. Tipikal dari rangkaian penguat kelas C adalah seperti pada
gambar 5 di atas. Rangkaian tersebut juga tidak perlu dibuatkan bias,
karena transistor memang sengaja dibuat bekerja pada daerah saturasi. Rangkaian
L C pada rangkaian tersebut akan ber-resonansi dan ikut berperan penting dalam
me-replika kembali sinyal input menjadi sinyal output dengan frekuensi yang
sama. Rangkaian ini jika diberi umpanbalik dapat menjadi rangkaian osilator RF
yang sering digunakan pada pemancar.Penguat kelas C memiliki efisiensi yang
tinggi bahkan sampai 100%, namun tingkat fidelitasnya memang lebih
rendah.Tetapi sebenarnya fidelitas yang tinggi bukan menjadi tujuan dari
penguat jenis ini.
Karakteristik Penguat kelas C :
Efisiensi
: η = 85%, 15% panas
Linieritas
paling jelek
Ada
pemotongan sinyal >180o
Penguat kelas C mirip dengan penguat
kelas B, yaitu titik kerjanya berada di daerah cut-off transistor.Bedanya
adalah penguat kelas C hanya perlu satu transistor untuk bekerja normal tidak
seperti kelas B yang harus menggunakan dua transistor (sistem push-pull).Hal
ini karena penguat kelas C khusus dipakai untuk menguatkan sinyal pada satu
sisi atau bahkan hanya puncak-puncak sinyal saja.Penguatkelas C tidak
memerlukan fidelitas, yang dibutuhkan adalah frekuensi kerja sinyal sehingga
tidak memperhatikan bentuk sinyal.Penguat kelas C dipakai pada penguat
frekuensi tinggi.Pada penguat kelas C sering ditambahkan sebuah rangkaian resonator
LC untuk membantu kerja penguat.
|
Penguat Daya Kelas D
Penguat Kelas D merupakan penguat daya yang bekerja secara
hidup/mati. Generator pulsa merupakan peralatan yang memanfaatkan keluaran
penguat semacam itu. Umumnya penguat ini digunakan untuk menghasilkan sinyal
dengan lebar jalur frekuensi sangat di bawah frekuensi pengalihannya. Keluaran
penguat ini juga mengandung komponen spektrum yang tidak dikehendaki (harmonisa
frekuensi pulsa) yang harus diredam dengan penyaring pasif.
Sinyal-sinyal
input di dalam penguat kelas-D dikonversikan menjadi runtunan sinyal-sinyal
keluaran bertegangan lebih tinggi. Rerata pewaktuan-nilai tegangan dari
pulsa-pulsa ini sebanding dengan amplitudo segera dari sinyal masukan.
Frekuensi dari sinyal keluaran khususnya akan menjadi sepuluh kali bahkan lebih
dari frekuensi tertinggi pada sinyal masukan yang diperkuat. Pulsa-pulsa
keluaran ini juga mengandung komponen spektral yang tidak akurat (frekuensi
pulsa dan harmoniknya) yang harus segera dibersihkan oleh low-pass filter.Hasil
sinyal ter-filter kemudian adalah versi yang diperkuat dari sinyal masukan.
Penguat
ini memakai Pulse Width Modulation, Pulse Density Modulation (atau sering
disebut Pulse Frequency Modulation) atau bisa dalam bentuk modulasi lebih
canggih seperti Delta-Sigma Modulation (contohnya devais analog AD1990 Class-D
audio power amplifier). Tingkat-tingkat keluaran seperti yang digunakan oleh
Generator Pulsa adalah salah satu contoh dari penguat kelas-D.Nama kelas-D
biasanya ditujukan untuk peralatan yang cenderung menghasilkan sinyal dengan
rentang bandwidth jauh di bawah frekuensi pensaklaran (switching).
Penguat
kelas-D dapat dikontrol dengan menggunakan sirkuit digital maupun
analog.Kontrol digital memberikan distorsi tambahan yang dikenal sebagai Error
Kuantisasi disebabkan oleh runtunan konversi sinyal masukan menjadi digital.
Keunggulan
utama dari penguat kelas-D adalah efisiensi daya.Karena sinyal-sinyal keluaran
memiliki amplitudo tetap (elemen pensaklaran (ini seringkali MOSFET, tetapi
katup tabung hampa) dan atau mungkin bahkan transistor bipolar kadang-kadang
juga digunakan) yang disaklarkan seluruhnya ON atau seluruhnya OFF, daripada
dioperasikan di model linear.Sebuah MOSFET beroperasi dengan tahanan
terendahnya ketika sepenuhnya ON dan maka (kecuali ketika sepenuhnya OFF)
memiliki disipasi daya terendahnya ketika berada pada keadaan itu (cepat panas,
sehingga hanya baik untuk pensaklaran). Dibandingkan dengan sejawatnya kelas
AB, penguat kelas-D kurang mengizinkan penggunaan Heat sink untuk MOSFETnya dan
juga mengurangi secara signifikan penggunaan daya masukan yang diperlukan,
menghasikan desain power supply berkapasitas daya rendah (yang sering dipakai
pada sistem audio mobil).
Dengan
mengesampingkan kerumitan yang dibutuhkan, penguat kelas-D memberikan
keuntungan berupa:
Efisiensi daya yang tinggi (mencapai ≥90%)
Pengurangan ukuran dan berat penguat.
Pengurangan borosan daya sebagai bahang.
Pengurangan ukuran benaman bahang (karena efisiensinya yang
tinggi)
Efisiensi
penguat kelas-D yang tinggi berasal dari kenyataan bahwa tingkat keluaran tidak
pernah beroperasi pada keadaan linier atau aktif.Keluaran penguat kelas-D hanya
terdiri dari keadaan HIDUP atau MATI. Ketika peranti hidup, arus yang
mengalirinya maksimum, tetapi tegangan yang membentanginya idealnya nol, dan
ketika peranti mati, tegangan yang membentanginya maksimal, tetapi arus yang
mengalirinya nol. Karena borosan daya ditentukan dengan rumus
Templat:Nowrap:''D''=''V''x''I'', pada kedua keadaan di atas, borosan daya
adalah nol. Semua perhitungan di atas berdasarkan anggapan peranti ideal. Pada
kenyataannya, selalu ada kerugian, baik karena kebocoran, penurunan tegangan,
kecepatan pensakelaran, dan lain sebagainya.Tetapi itu semua terlalu kecil
sehingga efisiensi tetap sangat tinggi.
Penguat
jenis ini memberikan keluaran yang mengandung banyak desah harmonik dikarenakan
modulasi lebar pulsa.Untuk memperbaiki keluaran, ini dapat difilter dengan
menggunakan komponen yang semuanya reaktif (hanya kondensator dan induktor)
dimana komponen tersebut menyimpan daya dari desah harmonik, tidak mengubahnya
menjadi bahang, sehingga efisiensi dapat dipertahankan tetap tinggi.
Gambar Rangkaian Penguat Kelas D:

REGULATOR LINIER
A.
Regulator Linier

Dua jenis rangkaian tipe linier
Dalam elektronik , sebuah regulator linear
adalah sistem yang digunakan untuk menjaga tegangan yang stabil . Hambatan dari
regulator bervariasi sesuai dengan beban menghasilkan tegangan output konstan .
Perangkat mengatur dibuat untuk bertindak seperti sebuah resistor variabel,
menyesuaikan jaringan pembagi tegangan untuk mempertahankan tegangan output
konstan, dan menghilang perbedaan antara input dan tegangan diatur sebagai
limbah panas . Sebaliknya, switching regulator menggunakan perangkat aktif yang
switch on dan off untuk mempertahankan nilai rata-rata output. Karena diatur
tegangan regulator linear harus selalu lebih rendah dari tegangan input,
efisiensi terbatas dan tegangan input harus cukup tinggi untuk selalu
memungkinkan perangkat aktif untuk menjatuhkan beberapa tegangan .
Beberapa fungsi
regulator linier DC adalah sebagai berikut:
·
Pengubahan Tegangan atau Voltase, berfungsi untuk
mengubah tegangan listrik yang tersedia dari jaringan distribusi transmisi
listrik ke level yang diinginkan
·
Penyearah, sebagai pengubah arah tegangan atau
voltase dari AC ke DC
·
Filter atau penyaring, bertugas sebagai pembersih
gelombang keluaran dari riak (ripple) yang berasal dari proses
penyearahan
·
Pengaturan (regulation), bertujuan untuk
mengendalikan tegangan keluaran sehingga menjadi stabil walaupun terjadi
variasi atau perubahan pada suhu, beban, maupun tegangan masukan dari jaringan
transmisi listrik
Regulator linier ada
dua macam yaitu jenis series dan shunt. Regulator series, pengatur arus ke
beban diseri dengan bebannya, kalau jenis shunt pengatur arus ke beban
diparalel dengan bebannya. Idealnya, jika tidak ada beban yang tersambung pada
regultor series, maka arus yang mengalir pada pengatur arus adalah nol.
Sedangkan pada regulator shunt, jika tidak ada beban yang tersambung, arus yang
mengalir ke pengatur arus adalah arus maksimal yang mungkin dialirkan ke
bebannya.
B.
Kelebihan dan
Kekurangan Regulator Linier
Dari segi efisiensi, tipe linier tidak
begitu baik, karena pada prosesnya hasil keluaran penyearah diturunkan
tegangannya melalui pengatur linier (linear regulator), dan selisih antara
tegangan yang masuk dan tegangan yang dihasilkan dibuang dalam bentuk panas.
Akibat penyerapan panas (pembuangan energi) yang besar dalam proses tipe linier
tersebut sehingga efisiensinya pun menjadi kecil. Kelebihan jenis ini adalah Regulasi lebih baik dibanding tipe
switching.
C.
Penerapan Regulator
Linier dalam kehidupan
Catu
daya tergulasi secara linear/linear regulated power supply
Catu daya/power supply jenis ini menghasilkan
tegangan AC/DC teregulasi. Tegangan yang dihasilkan oleh power supply yang tak
teregulasi akan bervariasi/fluktuatif tergantung pada variasi
tegangan input AC (PLN). Untuk aplikasi elektronik penting sekali adanya
sebuah regulator linear yang dapat digunakan untuk mengatur tegangan
ke nilai yang tepat/ideal, stabil terhadap fluktuasi tegangan input dan
beban. Regulator ini juga sangat mengurangi riple/riak pada output arus
searah/DC. Regulator linier ini saat ini, dapat melindungi catu
daya/power supply dan rangkaian dari arus yang berlebih
SWITCHING REGULATOR
·
PERBEDAAN REGULATOR LINIER DENGAN SWITCHING REGULATOR
a)
Regulator Linier
Beberapa fungsi yang masuk dalam proses pengubahan daya
AC ke DC adalah sebagai berikut:
1.
Pengubahan Tegangan atau Voltase,
berfungsi untuk mengubah tegangan listrik yang tersedia dari jaringan distribusi
transmisi listrik ke level yang diinginkan
2.
Penyearah, sebagai pengubah arah
tegangan atau voltase dari AC ke DC
3.
Filter atau penyaring, bertugas
sebagai pembersih gelombang keluaran dari riak (ripple) yang berasal dari
proses penyearahan
Pengaturan (regulation), bertujuan untuk mengendalikan
tegangan keluaran sehingga menjadi stabil walaupun terjadi variasi atau
perubahan pada suhu, beban, maupun tegangan masukan dari jaringan transmisi
listrik
|
b)
Regulator Switching
Power Supply tipe switching menjadi semakin populer
pemakaiannya karena tipe ini memberikan penyediaan daya DC yang efisiensi dan
densitas dayanya sangat tinggi dibandingkan dengan tipe linier. Untuk lebih
jelasnya, beberapa perbandingan antara kedua tipe tersebut dapat dilihat pada Tabel
1.
Spesifikasi
|
Tipe
Linier
|
Tipe
Switching
|
Pengaturan Beban (Load
regulation)
Variasi Gelombang Keluaran (Output Ripple) Variasi Voltase masukan (Input Voltage Range) Efisiensi Densitas Daya (Power Density) Waktu Peralihan (Transient Recovery) |
0.02-0.01%
0.5-2 mV rms +/- 10% 40-55% 0.5 W/in^3 50 usec |
0.1-1.0%
25-100 mV p-p +/- 50% 60-80% 2.3 W/in^3 300 usec |
Dari segi efisiensi, tipe linier tidak begitu
baik, karena pada prosesnya hasil keluaran penyearah diturunkan tegangannya
melalui pengatur linier (linear regulator), dan selisih antara tegangan yang
masuk dan tegangan yang dihasilkan dibuang dalam bentuk panas. Akibat
penyerapan panas (pembuangan energi) yang besar dalam proses tipe linier
tersebut sehingga efisiensinya pun menjadi kecil.
Sedangkan pada tipe switching, perbaikan
efisiensi dicapai dengan cara pengaturan medan magnet akibat selisih tegangan
masukan dengan keluaran. Pengaturan yang dimaksud berhubungan dengan proses
penyimpanan dan pembuangan energi magnet yang mana pada waktu komponen
penyimpan energi magnet sampai pada titik energi tertentu, maka switch yang
dipakai untuk mengirim daya ke sisi beban dimatikan (off state), dan komponen
penyimpan energi magnet tadi kemudian mengambil alih tugas switch untuk
mengirim daya yang tersimpan menuju ke sisi beban.
·
DESAIN SWITCHING REGULATOR.
Fungsi utama regulator tegangan adalah
untuk memperoleh tegangan dc (direct current) murni pada keluaran catu daya,
dimana besarnya tegangan dc keluaran dapat diatur sesuai kebutuhan beban. Suatu
faktor penting pada catu tegangan (voltage supply) adalah besarnya perubahan
pada tegangan dc keluaran diatas jangkauan (range) operasi rangkaian, Tegangan
keluaran dari catu daya akan turun bila dipasang beban, besarnya perubahan
tegangan ini dinyatakan sebagai Voltage Regulation (pengaturan tegangan).
Dengan regulator tegangan yang baik,
diharapkan nilai tegangan keluaran catu daya tidak akan terpengaruh oleh perubahan
beban RL dan tegangan masukan Vin. Bila nilai VR semakin kecil, dikatakan
rangkaian regulator tegangan mempunyai pengaturan tegangan yang baik. Prinsip
regulator switching, adalah digunakannya switch elektronik untuk regulasi
tegangan keluaran.
a. Tiga konsep dasar
regulator switching :
1. Step down converter
(chopper converter/ buck converter)
2. Step-up converter
3. Voltage inverter
b.
Mode Operasi Switching Regulator.
Ada 2 mode operasi :
1. Discontinuous mode
Arus induktor nol
selama bagian akhir tiap siklus. Selama “switch on” arus naik dari nol dan terjadi
penyimpanan energi. Kemudian pada “switch off”, energi yang disimpan ditransfer
ke beban. Pada saat “switch on”, arus pada L naik dari nol menuju harga puncak.
Arus induktor mengalir dari input dan disimpan di L. Pada saat “switch off”,
tegangan induktor reverse dan energi yang disimpan pada L memaksa arus mengalir
melalui dioda ke beban, arus L akan turun secara linear menuju nol.
2. Continuous mode
Arus induktor L
tidak akan pernah mencapai nilai nol, selama semua bagian siklus switching. Selama
switch “on”, arus induksi IL naik dari harga awal (mula) hingga mencapai harga
tertinggi. Arus IL diambil dari sumber input. Selama switch “off”, dioda
konduksi menyebabkan energi mengalir ke beban, arus pada dioda ID tidak pernah mencapai
“nol”.
c. Rangkaian Switching
Regulator Yang Dikontrol Oleh Pulsa-pulsa PWM.
PWM
(Pulse Width Modulation) atau modulasi lebar pulsa, adalah jenis modulasi,
dimana dengan adanya modulasi, lebar pulsa keluaran modulator berubah-ubah sebanding
dengan besarnya tegangan sinyal pemodulasi. Apabila tegangan pemodulasi naik, maka
lebar pulsa keluran menyempit (frekuensi membesar). Bila tegangan output EO
berubah, maka lebar pulsa keluaran PWM akan berubah sesuai besar tegangan
masukan. Karena lebar pulsa berubah, maka switching time akan berubah pula
sehingga tegangan akan teregulasi (menuju tegangan konstan/ fixed).

Gambar. Rangkaian regulator switching yang dikontrol oleh pulsa
PWM.
LOW PASS FILTER
2.3 Low Pass Filter
Low pass filter (Filter lolos Rendah)
adalah filter yang hanya melewatkan frekuensi yang lebih rendah dari frekuensi cut-off (fc). Diatas
frekuensi tersebut, outputnya mengecil (idealnya tidak ada).
Filter ini juga berfungsi untuk
menghilangkan high frequency nosie, seperti thermal noise dan shot
noise. Filter ini biasanya digunakan pada instrumen yg merekam low frequency analytical signals (contohnya adalah alat rekam detak jantung).

Gambar
5. Low Pass Filter

Gambar
6. Contoh Hasil Low Pass Filter
2.3.1
Low Pass Filter dalam Komponen Pasif Elektronik
Pada rangakaian
ini, dalam merancang filter digunakan komponen pasif yaitu tahanan, kapasitor
dan induktor. Akan tetapi dalam pembuatannya seringkali dihindari penggunaan
induktor, utamanya karena ukurannya yang besar. Sehingga umumnya hanya
menggunakan komponen tahanan (R) dan kapasitor (C) saja.

Gambar 7. Rangkaian
Low pass filter Komponen Pasif
Elektronik
Pada rangkaian pasif ini hampir sama dengan pembagi tegangan dari dua
buah hambatah seri, dengan penghitungan besar Vout seperti pada gambar di atas.
Dengan menganbil nilai
diperoleh penguatannya sebesar -3dB (berkurang
3 dB), dan pada saat frekuensi ini dikenal sebagai frekuensi cut-off.

2.3.2
Low Pass Filter dalam Komponen Aktif Elektronik

Gambar 8. Rangkaian
Low pass filter Komponen Aktif
Elektronik
Untuk rangkaian aktif dilengkapi dengan transistor atau op-amp selain
menggunakan tahan dan kapasitor. Dengan
dan
.


Untuk Low pass filter:
-
Frekuensi rendah (f<<) Gain = 0 dB
-
Frekuensi tinggi (f>>) Gain =
atau G=-20 log ωRC.

Dari persamaan ini kurva G vs log f menunjukkan kurva linier dengan slope
-6 dB/oktaf (-20 dB/dekade).

Gambar 9. Rolloff
Filter Dengan Order Berbeda-Beda
Oktaf memiliki arti menggandakan atau membagi dua suatu frekuensi.
Sedangkan dekade adalah sepuluh kali atau sepersepuluh kali suatu frekuensi.
Kemiringan atau gradien garis pada stop band dinamakan sebagai rolloff
atau falloff dan didefinisikan berdasarkan order (tingkatan) penapis sebagai
berikut:
·
Untuk low pass filter orde pertama rolloff-nya
-6 dB/oktaf atau -20 dB/dekade.
·
Untuk orde kedua rolloff-nya -12 dB/oktaf
atau -40 dB/dekade.
·
Pada orde ketiga rolloff-nya -18 dB/oktaf
atau -60 dB/dekade.
Pada gambar di atas terlihat bahwa dengan menaikkan order dari Low pass
filter akan menaikkan rolloff-nya. Secara alami, filter dengan order tak
berhingga memiliki tanggap yang terbaik.
2.4 Proses
Filter
Rangkaian proses aplikasi filter yaitu
untuk mendapatkan hasil output Y, dilakukan filter pada fungsi f(x). Dengan
menggunakan filter dengan fungsi g(x) dan meng-konvolusi f(x) dengan g(x) akan
diperoleh outputnya dengan perumusan konvolusi.

Untuk konvolusi pada fungsi diskrit,
didefinisikan dengan:

Didalam pengolahan data seismik band pass
filter lebih umum digunakan karena biasanya gelombang seismik terpengaruh noise
frekuensi rendah dan noise frekuensi
tinggi.
Dibawah ini ditampilkan gambar perlakuan Low
pass, High pass dan Band pass filter pada sinyal seismik baik dalam kawasan
waktu (time domain) maupun frekuensi domain (frequency domain).
Gambar 10. Hasil Perlakuan Pada Sinyal Dengan Filter Berbeda-beda
BANDPASS FILTER
1. Pengertian Bandpass Filter
Bandpass filter (BPF) adalah rangkaian
yang melewatkan frekuensi pada daerah tertentu di antara frekuensi cut-off
pertama dan frekuensi cut-off kedua dan meredam frekuensi di luar daerah
tersebut. Selain itu Bandpass filter merupakan sebuah rangkaian yang dirancang
untuk melewatkan frekuensi dalam batasan tertentu dan menolak frekuensi lain
diluar frekuensi yang dikehendaki. Dan Bandpass filter merupakan gabungan
antara highpass dan lowpass filter. Filter band pass akan meneruskan
sinyal-sinyal dengan frekuensi antara (median frequency) dan menahan frekuensi
di bawah dan di atas median tersebut.

2.
Resonansi Band Pass
Filter
Series Resonant
Band-Pass Filter
Series resonant
circuit memilki impedansi minimum dan arus minimum pada frekuensi resonansi fr.
Kebanyakan voltase input jatuh melewati resistor di frekuensi resonansi.
Kemudian, output yang melewati R mempunyai sebuah karakteristik band-pass
dengan output maksimum pada frekuensi resonansi. Frekuensi resonansi ini
disebut dengan frekuensi tengah, f0. Bandwidth dibagi oleh circuit Q.

Parallel Resonant
Band-Pass Filter
Parallel resonant
circuit memiliki impedansi maksimum pada resonansi. Pada resonansi, impedansi
pada yang terdapat pada tank, lebih besar daripada resistant. Paling banyak
input voltage melewati tank, menghasilkan sebuah output maksimum pada frekuensi
resonant.

3.
Pasif Band Pass
Filter
Tidak
seperti low pass filter yang hanya melewatkan sinyal dari rentang frekuensi
rendah atau filter high pass yang melewati sinyal dari rentang frekuensi yang
lebih tinggi, sebuah Band Pass Filter melewati sinyal dalam tertentu
"band" atau "spread" frekuensi tanpa distorsi input sinyal
atau memasukkan gangguan tambahan. Ini band frekuensi dapat lebar apapun dan
umumnya dikenal sebagai Bandwidth filter.
Bandwidth
biasanya didefinisikan sebagai rentang frekuensi yang ada antara dua frekuensi
yang ditentukan titik cut-off (ƒc), yang 3dB bawah pusat maksimum atau puncak
resonansi sementara pelemahan atau melemahkan yang lain di luar dua titik
tersebut.
Ideal Band Pass Filter juga dapat digunakan untuk mengisolasi atau
menyaring frekuensi tertentu yang terletak dalam sebuah band tertentu
frekuensi, misalnya, penghapusan noise. Band pass filter yang dikenal secara
umum sebagai orde kedua filter, (dua kutub) karena mereka memiliki
"dua" komponen reaktif, kapasitor, dalam desain sirkuit mereka. Salah
satu kapasitor dalam rangkaian low pass dan kapasitor lain dalam rangkaian high
pass.

Sebuah band pass filter dianggap sebagai orde kedua (dua kutub)
jenis penyaring karena memiliki "dua" komponen reaktif dalam struktur
sirkuit. Lebar band pass filter dapat dikendalikan oleh posisi dua titik
cut-off frekuensi dari dua filter.
4.
Aktif Band Pass
Filter
Aktif Band Pass
Filter sedikit berbeda dalam bahwa itu adalah frekuensi rangkaian filter
selektif yang digunakan dalam sistem elektronik untuk memisahkan sinyal pada
satu frekuensi tertentu, atau berbagai sinyal yang terletak dalam tertentu
"band" frekuensi dari sinyal di semua frekuensi lain . Band ini atau
rentang frekuensi diatur antara dua cut-off atau frekuensi sudut poin berlabel
"frekuensi yang lebih rendah" (ƒL) dan "frekuensi yang lebih
tinggi" (ƒH) sementara pelemahan setiap sinyal luar dari dua titik
tersebut.
Simple Active Band
Pass Filter dapat dengan mudah dibuat oleh cascading bersama satu Low Pass
Filter dengan satu High Pass Filter seperti yang ditunjukkan.

Cut-off atau sudut
frekuensi low pass filter (LPF) lebih tinggi dari frekuensi cut-off dari high
pass filter (HPF) dan perbedaan antara frekuensi pada titik 3dB akan menentukan
"bandwidth" dari Band pass filter sementara pelemahan setiap sinyal
luar dari titik-titik ini. Salah satu cara untuk membuat sangat sederhana
Active Band Pass Filter adalah untuk menghubungkan pasif filter tinggi dan rendah
lulus dasar kita melihat sebelumnya ke memperkuat rangkaian op-amp seperti yang
ditunjukkan.

Cascading bersama
yang rendah dan tinggi melewati filter pasif individu menghasilkan
"Q-faktor" rendah sirkuit jenis filter yang telah lolos pita lebar.
Tahap pertama dari filter akan menjadi tahap lolos tinggi yang menggunakan
kapasitor untuk memblokir setiap biasing DC dari sumber. Desain ini memiliki
keuntungan menghasilkan band pass respon frekuensi asimetris relatif datar
dengan satu setengah mewakili respon low pass dan setengah lainnya merupakan
respon high pass seperti yang ditunjukkan.

Semakin tinggi titik
sudut (ƒH) serta rendah frekuensi sudut cut-off point (ƒL) dihitung sama
seperti sebelumnya di urutan pertama sirkuit low dan high pass filter standar.
Jelas, pemisahan wajar diperlukan antara dua cut-off point untuk mencegah
interaksi antara low pass dan high pass tahap. Penguat juga menyediakan isolasi
antara dua tahap dan mendefinisikan gain tegangan keseluruhan rangkaian.
Sementara rangkaian
filter pasif disetel di atas akan bekerja sebagai band pass filter, band pass
(bandwidth) dapat cukup lebar dan ini mungkin menjadi masalah jika kita ingin
mengisolasi sekelompok kecil frekuensi. Aktif band pass filter juga bisa dibuat
dengan menggunakan pembalik penguat operasional. Jadi dengan mengatur kembali
posisi dari resistor dan kapasitor dalam filter kita dapat menghasilkan
rangkaian filter yang jauh lebih baik seperti yang ditunjukkan di bawah ini.
Untuk band pass filter aktif, semakin rendah cut-off 3dB titik diberikan oleh
ƒC2 sementara cut-off atas 3dB titik diberikan oleh ƒC1.

Jenis band pass
filter ini dirancang untuk memiliki band lolos jauh lebih sempit. Pusat
frekuensi dan bandwidth filter adalah terkait dengan nilai-nilai R1, R2, C1 dan
C2. Output dari filter ini lagi diambil dari output dari op-amp.
Beberapa Umpan Band
Pass Filter Aktif
Kita dapat
meningkatkan respon band pass dari rangkaian di atas dengan menata ulang
komponen lagi untuk menghasilkan penguatan tak terbatas multiple-umpan balik
(IGMF) band pass filter. Jenis aktif desain band pass menghasilkan rangkaian
berbasis di sekitar filter aktif umpan balik negatif memberikan tinggi
"Q-factor" (hingga 25) respon amplitudo dan curam roll-off di kedua
sisi frekuensi pusatnya. Karena respon frekuensi dari rangkaian tersebut adalah
mirip dengan sirkuit resonansi, frekuensi tengah ini disebut sebagai frekuensi
resonansi, (ƒr).

Rangkaian band pass
filter aktif ini menggunakan keuntungan penuh dari penguat operasional, dengan
beberapa umpan balik negatif diterapkan melalui resistor, R2 dan kapasitor C2.
SENSOR ELEKTRONIK
1.
Klasifikasi Sensor
Secara umum
berdasarkan fungsi dan penggunaannya sensor dapat dikelompokan menjadi 3 bagian
yaitu:
a.
sensor thermal (panas)
b.
sensor mekanis
c.
sensor optik (cahaya)
Sensor thermal
adalah sensor yang digunakan untuk mendeteksi gejala perubahan
panas/temperature/suhu pada suatu dimensi benda atau dimensi ruang tertentu. Contohnya;
bimetal, termistor, termokopel, RTD,
photo transistor, photo dioda, photo multiplier, photovoltaik, infrared
pyrometer, hygrometer, dsb.
Sensor mekanis
adalah sensor yang mendeteksi perubahan gerak mekanis, seperti perpindahan atau
pergeseran atau posisi, gerak lurus dan melingkar, tekanan, aliran, level dsb. Contoh; strain
gage, linear variable deferential
transformer (LVDT), proximity, potensiometer, load cell, bourdon tube, dsb.
Sensor optic atau cahaya adalah sensor
yang mendeteksi perubahan cahaya dari sumber cahaya, pantulan cahaya ataupun
bias cahaya yang mengernai benda atau ruangan. Contoh; photo
cell, photo transistor, photo diode, photo voltaic, photo multiplier, pyrometer
optic, dsb.
Tabel 1. Kelompok Transduser
Parameter listrik dan kelas transduser
|
Prinsip kerja dan sifat alat
|
Pemakaian alat
|
Transduser Pasif
|
||
Potensiometer
|
Perubahan nilai tahanan karena posisi
kontak bergeser
|
Tekanan, pergeseran/posisi
|
Strain gage
|
Perubahan nilai tahanan akibat perubahan
panjang kawat oleh tekanan dari luar
|
Gaya, torsi, posisi
|
Transformator selisih (LVDT)
|
Tegangan selisih dua kumparan primer akibat pergeseran inti trafo
|
Tekanan, gaya, pergeseran
|
Gage arus pusar
|
Perubahan induktansi kumparan akibat
perubahan jarak plat
|
Pergeseran, ketebalan
|
Transduser Aktif
|
||
Sel fotoemisif
|
Emisi elektron akibat radiasi yang masuk pada permukaan fotemisif
|
Cahaya dan radiasi
|
Photomultiplier
|
Emisi elektron sekunder akibat radiasi
yang masuk ke katoda sensitif cahaya
|
Cahaya, radiasi dan relay sensitif cahaya
|
Termokopel
|
Pembangkitan ggl pada titik sambung dua
logam yang berbeda akibat dipanasi
|
Temperatur, aliran panas, radiasi
|
Generator kumparan putar (tachogenerator)
|
Perputaran sebuah kumparan di dalam medan
magnit yang membangkitkan tegangan
|
Kecepatan, getaran
|
Piezoelektrik
|
Pembangkitan ggl bahan kristal piezo
akibat gaya dari luar
|
Suara, getaran, percepatan, tekanan
|
Sel foto tegangan
|
Terbangkitnya tegangan pada sel foto
akibat rangsangan energi dari luar
|
Cahaya matahari
|
Termometer tahanan (RTD)
|
Perubahan nilai tahanan kawat akibat
perubahan temperatur
|
Temperatur, panas
|
Hygrometer tahanan
|
Tahanan sebuah strip konduktif berubah
terhadap kandungan uap air
|
Kelembaban relatif
|
Termistor (NTC)
|
Penurunan nilai tahanan logam akibat
kenaikan temperatur
|
Temperatur
|
Mikropon kapasitor
|
Tekanan suara mengubah nilai kapasitansi
dua buah plat
|
Suara, musik,derau
|
Pengukuran reluktansi
|
Reluktansi
rangkaian magnetik diubah dengan mengubah posisi inti besi sebuah kumparan
|
Tekanan,
pergeseran, getaran, posisi
|
Sumber: William D.C, (1993)
2.
Sensor Thermal
(Suhu)
a. Bimetal
Bimetal
adalah sensor temperatur yang sangat populer digunakan karena kesederhanaan
yang dimilikinya. Bimetal biasa dijumpai pada alat strika listrik dan lampu
kelap-kelip (dimmer). Bimetal adalah sensor suhu yang terbuat dari dua buah
lempengan logam yang berbeda koefisien muainya (α) yang direkatkan menjadi satu.

Gambar 2. Kontruksi
Bimetal
b. Termistor
Termistor atau tahanan thermal adalah alat
semikonduktor yang berkelakuan sebagai tahanan dengan koefisien tahanan
temperatur yang tinggi, yang biasanya negatif. Umumnya tahanan termistor pada
temperatur ruang dapat berkurang 6%
untuk setiap kenaikan temperatur sebesar 1oC. Kepekaan yang
tinggi terhadap perubahan temperatur ini membuat termistor sangat sesuai untuk
pengukuran, pengontrolan dan
kompensasi temperatur secara presisi.
Dalam operasinya
termistor memanfaatkan perubahan resistivitas terhadap temperatur, dan umumnya
nilai tahanannya turun terhadap temperatur secara eksponensial untuk jenis NTC
( Negative Thermal Coeffisien).

Gambar 3. Konfigurasi Thermistor: (a) coated-bead (b) disk
(c) dioda case dan (d) thin-film
c.
Resistance
Thermal Detector (RTD)
RTD adalah salah satu dari beberapa jenis
sensor suhu yang sering digunakan. RTD dibuat dari bahan kawat tahan korosi,
kawat tersebut dililitkan pada bahan keramik isolator. Bahan tersebut antara lain; platina, emas, perak,
nikel dan tembaga, dan yang terbaik adalah bahan platina karena dapat digunakan
menyensor suhu sampai 1500o C. Tembaga dapat digunakan untuk sensor
suhu yang lebih rendah dan lebih murah, tetapi tembaga mudah terserang korosi.
d.
Termokopel
Pembuatan termokopel didasarkan atas
sifat thermal bahan logam. Jika sebuah batang logam dipanaskan pada salah satu
ujungnya maka pada ujung tersebut elektron-elektron dalam logam akan bergerak
semakin aktif dan akan menempati ruang yang semakin luas, elektron-elektron
saling desak dan bergerak ke arah ujung batang yang tidak dipanaskan. Dengan
demikian pada ujung batang yang dipanaskan akan terjadi muatan positif.
e.
Infrared Pyrometer
Sensor inframerah
dapat pula digunakan untuk sensor temperatur. Memfaatkan perubahan panas antara cahaya yang dipancarkan
dengan diterima yang diterima pyrometer terhadap objek yang di deteksi.

Gambar 7. Infrared Pyrometer sebagai sensor temperatur
3.
Sensor Mekanik
a. Potensiometer
Potensiometer
yang tersedia di pasaran terdiri dari beberapa jenis, yaitu: potensiometer
karbon, potensiometer wire wound dan potensiometer metal film.
1.
Potensiometer karbon adalah potensiometer
yang terbuat dari bahan karbon harganya cukup murah akan tetapi kepressian
potensiometer ini sangat rendah biasanya harga resistansi akan sangat mudah
berubah akibat pergeseran kontak.
2.
Potensiometer gulungan kawat (wire wound)
adalah potensiometer yang menggunakan gulungan kawat nikelin yang sangat kecil
ukuran penampangnya. Ketelitian dari potensiometer jenis ini tergantung dari
ukuran kawat yang digunakan serta kerapihan penggulungannya.
3.
Metal film adalah potensiometer yang
menggunakan bahan metal yang dilapiskan ke bahan isolator
4.
Sensor Cahaya
Elemen-elemen
sensitive cahaya merupakan alat terandalkan untuk mendeteksi energi cahaya.
Alat ini melebihi sensitivitas mata manusia terhadap semua spectrum warna dan
juga bekerja dalam daerah-daerah ultraviolet dan infra merah. Energi cahaya
bila diolah dengan cara yang tepat akan dapat dimanfaatkan secara maksimal
untuk teknik pengukuran, teknik pengontrolan dan teknik kompensasi.
a.
Photo Semikonduktor (Foto Dioda)
Divais photo semikonduktor memanfaatkan
efek kuantum pada junction, energi yang diterima oleh elektron yang memungkinkan
elektron pindah dari band valensi ke band konduksi pada kondisi bias mundur.
Bila semikonduktor jenis N disinari cahaya,
maka elektron yang tidak terikat pada struktur kristal akan mudah lepas.
Kemudian bila dihubungkan semikonduktor jenis P dan jenis N dan kemudian
disinari cahaya, maka akan terjadi beda tegangan diantara kedua bahan tersebut.
Beda potensial
pada bahan ilikon umumnya berkisar antara 0,6 volt sampai 0,8 volt.
b.
Photo Transistor
Sama halnya dioda foto, maka transistor
foto juga dapat dibuat sebagai sensor cahaya. Teknis yang baik adalah dengan
menggabungkan dioda foto dengan transistor foto dalam satu rangkain.
–
Karakteristik transistor foto yaitu hubungan arus, tegangan dan
intensitas foto
–
Kombinasi dioda foto dan transistor dalam satu chip
–
Transistor sebagai penguat arus
–
Linieritas dan respons frekuensi tidak sebaik dioda foto
c. Photosel
Foto
sel ini didalamnya terdapat LDR (Light Dependent Resistor), komponen inilah
sensor utama yang dapat digunakan untuk memberi perintah mati-nyala lampu.
–
Konduktansi sebagai fungsi intensitas cahaya masuk
–
Resistansi berkisar dari 10MW (gelap) hingga 10W (terang)
–
Waktu respons lambat hingga 10ms
–
Sensitivitas dan stabilitas tidak sebaik dioda foto
–
Untuk ukuran besar lebih murah dari sel fotovoltaik
–
Digunakan karena biaya murah.
DOWNLOAD FILE INI SELENGKAPNYA DISINI
Judul: RESUME MATERI ELEKTRONIKA ANALOG
Ditulis Oleh Handi
Berikanlah saran dan kritik atas artikel ini. Salam blogger, Terima kasih
1 komentar:
Nice. Thank you for providing such detailed information. I was looking for a band pass filter a few months ago and tried to buy it in my area, but the price was too expensive. So I started looking for the best place to get a band pass filter on the internet. Finally, I've found out Anatech electronics to buy a required band pass filter. They have most of the band pass filters which I need at the best price. If you want to buy a band pass filter, I recommend to pick the anatech electronics as the best choice for band pass filter and also to buy your other high-quality RF filters
ReplyPost a Comment