Psikologis
dan Pedadogis adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan dari unsur Bimbingan
Konseling yang keduanya mutlak harus dimiliki oleh seorang konselor. Karena
baik di dalam psikologis maupun di dalam pedagogis merupakan suatu ilmu
pengetahuan yang merangkum sifat dasar manusia yang tentu saja sangat penting
untuk diketahui sisi positif maupun sisi negatifnya dengan tujuan membantu
seorang konseli dalam menangkap ide dan teknik untuk bertindak kedepannya.
Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Psikologis itu sendiri merupakan ilmu
yg berkaitan dengan proses mental, baik normal maupun abnormal dan pengaruhnya
pada perilaku; ilmu pengetahuan tentang gejala dan kegiatan jiwa. Jadi
benar adanya jika seorang konselor harus mampu mempelajari mengenai kondisi
psikologis seorang konseli agar dalam memberikan nasehat benar-benar tahu apa
yang harus diberikan karena sebelumnya telah mengetahui kondisi mental dan
kejiwaan konseli yang diharapkan seorang konselor mampu memberikan pengaruh
yang baik bagi perilaku konseli kedapannya.
Sedangkan Pedagogis menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia adalah bersifat
pedagogi; bersifat mendidik. Jadi, dalam melakukan tugasnya sebagai seorang
konselor harus dengan metode mendidik, diberi masukan sedikit-sedikit tanpa
adanya paksaan dan intervensi berlebihan. Seorang konselor hanya
mendeskripsikan baik buruknya hal yang ada didepannya, pilihan mengenai apa
yang dilakukan tetap berada pada tangan konseli, karena konseli itu sendiri
yang mengalami, yang lebih tau baik buruknya dan tentu saja yang akan menerima
efek baik dan atau efek buruk dari pilihannya itu sendiri.
Psikologis hubungannya dalam
Bimbingan Konseling
Secara umum kondisi psikologis merupakan keadaan, situasi
yang bersifat kejiwaan. Konseling merupakan profesi bantuan yang diberikan oleh
konselor kepada konseli yang berlangsung dalam suatu kondisi psikologis yang
diciptakan bersama. Kondisi psikologis ini akan mempengaruhi proses dan hasil
konseling.
Dalam sebuah pelayanan konseling berlangsung suatu kondisi
psikologis tertentu yang mana konseli dibina dan difokuskan agar dapat
melakukan perubahan perilaku ke arah yang lebih maju sebagai hasil konseling.
Jadi kondisi psikologis yang dimaksud di sini adalah kondisi psikologis yang
menunjang proses konseling.
Beberapa kebutuhan psikologis yang terkait dengan proses
konseling, yaitu: memberi dan mencapai prestasi, memiliki harapan, dan memiliki
ketenangan, Surya (2003:43-48). Kebutuhan-kebutuhan psikologis ini harus
diperhatikan konselor dalam membina hubungan konseling. Konselor professional
selalu menciptakan kondisi tersebut sebagai faktor yang menunjang proses
konseling.
Jika ditinjau dari proses konseling, psikologi konseling
adalah cabang kekhususan dari psikologi yang mengkaji berbagai aspek yang
terlibat dalam proses konseling. Aspek-aspek itu meliputi karakteristik,
konseling, konselor, konseli dan masalahnya, berbagai kondisi yang menunjang
dan menghambat konseling, serta metode atau pendekatan-pendekatan dalam
konseling.
Psikologi konseling sebagai ilmu pengetahuan secara umum
bertujuan untuk mengembangkan penggunaan teori-teori psikologi dalam layanan
konseling kepada konseli. Teori-teori psikologi tersebut di antaranya adalah
teori psikologi Freudian, teori psikologi Behavioristik, dan teori psikologi
Humanistik.
Pengembangan psikologi konseling secara ilmiah mencakup
aktivitas yang dilakukan secara sistematis tanpa prasangka dan menyusun
deskripsi yang cermat dan obyektif, sehingga orang mampu memberikan jawaban
yang terpercaya dan tepat terhadap tantangan masalah-masalah teoritis dan
praktis. Jadi, adanya teori psikologis dalam ilmu Bimbingan Konseling juga
dinilai penting sebagai aspek penunjang untuk melakukan proses pembimbingan
bagi konseli agar luaran yang dihasilkan tepat sesuai seharusnya.
Pedagogis hubungannya dalam
Bimbingan Konseling
Bimbingan dan konseling itu begitu identik dengan yang
namanya pendidikan. Artinya ketka seseorang melakukan praktik bimbingan dan
konseling berarti ia sedang mendidik., dan begitupula sebaliknya. Pendidikan
itu merupakan salah satu lembaga sosial yang universal dan berfungsi sebagai
sarana reproduksi sosial ( Budi Santoso, 1992)
Pedagogis dalam layanan bimbingan dan konseling
berkaitan dengan tiga hal, yaitu: Pendidikan sebagai upaya pengembangan
Individu: Bimbingan merupakan bentuk upaya pendidikan, Pendidikan sebagai inti
Proses Bimbingan Konseling, Pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan
Bimbingan tujuan dan konseling.
Pendidikan sebagai upaya pengembangan
Individu: Bimbingan merupakan bentuk upaya pendidikan. Dalam hal ini Pendidikan
adalah upaya memanusiakan manusia. Seorang manusia hanya akan dapat menjadi
manusia yang sesuai dengan tuntutan
budaya bisa hanya terjadi jika melalui proses pendidikan. Tanpa pendidikan,
bagi manusia yang telah lahir itu tidak akan mampu mengembangkan dimensi
keindividualannya, kesosialisasinya, kesosilaanya dan keberagamaanya.
Pendidikan sebagai inti Proses Bimbingan
Konseling. Sebagai indikator
utama yang menandai adanya pendidikan ialah peserta didik yang terlibat di
dalamnya menjalani proses belajar dan kegiatan bimbingan konseling bersifat
normatif. Bimbingan dan konseling mengembangkan proses belajar yang dijalani
oleh konseli. Lebih jauh, Nugent (1981) mengemukakan bahwa dalam konseling, konseli
mempelajari ketrampilan dalam pengambilan keputusan. Pemecahan masalah, tingkah
laku, tindakan, serta sikap-sikap baru. Dengan belajar itulah konseli
memperoleh berbagai hal yang baru bagi dirinya; dengan memperoleh hal-hal baru
itulah konseli berkembang.
Pendidikan lebih lanjut sebagai inti
tujuan Bimbingan tujuan dan konseling. Bimbingan dan
konseling mempunyai tujuan khusus (jangka pendek) dan tujuan umum (jangka
panjang). Mengutip pendapat Crow and Crow, Prayitno dan Erman Amti menyatakan
bahwa tujuan khusus dalam pelayanan bimbingan dan konseling ialah membantu
individu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya, sedangkan tujuan umumnya
ialah bimbingan itu sendiri.
Download tulisan ini secara lengkap dan gratis dengan klik DISINI
Download tulisan ini secara lengkap dan gratis dengan klik DISINI
Judul: Psikologis dan Pedagogis
Ditulis Oleh Handi
Berikanlah saran dan kritik atas artikel ini. Salam blogger, Terima kasih
Post a Comment