Download Makalah Penerima TV


BAB I
PENDAHULUAN


1.1       Latar Belakang                                                                                        

Televisi adalah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasal dari kata tele (jauh) dan vision (tampak) jadi televisi memiliki arti dapat melihat dari jarak jauh. Penemuan televisi  ini  mampu  mengubah  peradaban  dunia.  Semua  gambar  televisi  dibentuk  oleh  titik tunggal cahaya yang bergerak bolak-balik, depan-belakang atau atas-bawah, secara cepat pada layar televisi yang tak tampak oleh mata, sehingga yang terlihat hanyalah rangkaian gambar. Pada tahun 1884 Paul Nipkow mencetuskan ide tentang pemindaian gambar dengan cara memecahkanya ke dalam rangkaian titik cahaya yang bergerak secara linear menyeberangi sudut pandangan. Sinyal televisi bekerja seperti radio AM, terkecuali dalam penghubung pembawa frekuensi tinggi. Pada radio dari suara besar ke lembut sedangkan televisi dari terang ke gelap. Perangkat televisi disinkronisasikan dengan transmiter untuk menghasilkan pola yang tepat dari sebuah piksel yang akan ditempatkan pada layar. Televisi ditransmisikan dengan dua pita frekuensi, VHF (very high frequency) dan UHF (ultra high frequency), dan setiap saluran memiliki lebar pita keseluruhan mencapai 6 MHz. Jaringan televisi pertama menggunakan kabel coaxial dan teknologi  gelombang mikro. Pada tahun 1970-an satelit menjadi standar dalam menghubungkan  kabel  dan  jaringan  penyiaran  kepada  afiliasi  mereka  dan  untuk mentransmisikan berita lokal dan pergelaran olahraga ke kantor berita pusat. Saat ini, jaringan serat optik juga ikut digunakan.
Akhir-akhir ini mungkin kita sering mendengar istilah TV Digital. Tapi jangan salah pengertian dulu, di sini bukan berarti pesawat TV-nya yang Digital, melainkan lebih kepada sinyal yang dikirimkan, adalah sinyal digital atau mungkin yang lebih tepat adalah siaran digital (Digital  Broadcasting).  Sistem  penyiaran  TV  Digital  adalah  aplikasi  teknologi  digital  pada sistem penyiaran TV yang dikembangkan di pertengahan tahun 90-an dan diujicobakan pada tahun 2000. Pada awal pengoperasian sistem digital ini umumnya dilakukan siaran TV secara Simulcast atau siaran bersama dengan siaran analog sebagai masa transisi. Sekaligus ujicoba sistem tersebut sampai mendapatkan hasil penerapan siaran TV Digital yang paling ekonomis sesuai dengan kebutuhan dari negara yang mengoperasikan.


TVRI dan TV swasta nasional yang tergabung dalam Konsorsium TV Digital Indonesia (KTDI) ;  SCTV, TV  One,  ANTV, Metro  TV, dan  Trans  Corp  telah  memanfaatkan  sistem teknologi penyiaran dengan teknologi digital khususnya pada sistem perangkat studio untuk memproduksi program, melakukan editing, perekaman dan penyimpanan data. Pengiriman sinyal gambar, suara dan data telah menggunakan sistem transmisi digital dengan menggunakan satelit yang umumnya dimanfaatkan sebagai siaran TV Berlangganan. Dan untuk menangkap siaran TV Digital harus menggunakan alat tambahan yang bernama Setup Box (Decoder) untuk pesawat televisi analog (yang ada sekarang ini).
                  
1.2  Batasan masalah
       Ada beberapa batasan masalah yang dibahas dalam makalah ini, sebagai berikut :
1.      Standarisasi yang dipakai dalam televisi digital
2.      Blok diaram penerima televisi digital
3.      Cara kerja penerima televisi digital

1.3  Tujuan
       1. Untuk mengetahui perkembangan Televevisi Digital
       2. Untuk mengetahui standarisasi televisi digital
       3. Untuk mengetahui sistem penerima televisi digital
       4. Untuk mengetahui keunggulan televisi digital
       5. Untuk memenuhi tugas matakuliah Telivisi dan Video





















BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi dan Perkembangan Televisi Digital
Televisi Digital (bahasa Inggris: Digital Television) adalah jenis televisi yang menggunakan modulasi digital dan sistem kompresi untuk menyiarkan sinyal video, audio dan data ke pesawat televisi. Televisi digital merupakan alat  yang digunakan untuk menangkap siaran TV Digital yang merupakan perkembangan dari sistem siaran analog ke siaran digital yang mengubah informasi ke dalam  sinyal digital berbentuk bit data seperti pada komputer.
Alasan pengembangan televisi digital antara lain:

Ø Perubahan Lingkungan Eksternal

1.   Pasar TV analog yang sudah jenuh

2.   Kompetisi dengan sistem penyiaran satelit dan kabel

Ø Perkembangan Teknologi

1.   Teknologi pemrosesan sinyal digital

2.   Teknologi transmisi digital

3.   Teknologi semikonduktor

4.   Teknologi peralatan yang beresolusi tinggi.

TV digital ditunjang oleh teknologi penerima yang mampu beradaptasi sesuai dengan lingkungannya.  Sinyal  digital  dapat  ditangkap  oleh  sejumlah  pemancar  yang  membentuk jaringan berfrekuensi sama sehingga daerah cakupan TV digital dapat diperluas. TV digital memiliki peralatan suara dan gambar berformat digital seperti yang digunakan kamera video.
Secara teknis, pita spektrum frekuensi radio yang digunakan untuk televisi analog dapat digunakan untuk penyiaran televisi digital. Perbandingan lebar pita frekuensi yang digunakan TV analog dan TV digital adalah 1 : 6. Artinya bila pada teknologi analog memerlukan pita selebar 8
MHz untuk satu kanal transmisi, maka pada teknologi digital dengan lebar pita frekuensi yang sama  dengan  teknik  multiplex,  dapat  memancarkan  sebanyak  6  hingga  8  kanal  transmisi sekaligus dengan program yang berbeda.

2.2  Transisi Ke TV Digital
              Migrasi dari teknologi analog ke teknologi digital membutuhkan penggantian perangkat pemancar TV dan penerima siaran TV. Karena pesawat TV analog tidak bisa menerima sinyal digital, maka diperlukan alat tambahan yang dikenal dengan Set-Top Box yang berfungsi menerima dan merubah sinyal digital menjadi sinyal analog.
Set-Top Box atau dekoder adalah alat yang berisikan perangkat dekoder yang berguna untuk mengatur saluran televisi yang akan diterima, kemudian dipilih sesuai kebutuhan, dan juga dekoder akan memeriksa hak akses pengguna atas saluran tersebut, kemudian akan menghasilkan keluaran berupa gambar, suara, dan layanan lainnya. Dilihat dari bagaimana cara kerja Set top box ini yang bekerja satu arah dan juga dapat bekerja tanpa campur tangan manusia, Set top box dapat dikatakan sebagai salah satu perangkat teknologi informasi.
Menkominfo Tifatul Sembiring mengatakan “Kami sedang mengajukan anggaran 300 miliar Rupiah untuk pengadaan set top box. Set top box ini akan diberikan secara cuma-cuma kepada warga. Dana itu akan diambil dari APBN 2013,”. Dana sebanyak 300 miliar Rupiah itu diperkirakan cukup untuk pengadaan satu juta Set Top Box (STB).

2.3 Standarisasi pada TV Digital
1. ATSC (Advanced Television Systems Committee)
ATSC (Advanced Television Systems Committee) adalah kelompok yang dibentuk pada tahun 1982 yang mengembangkan Standar ATSC untuk televisi digital di Amerika Serikat dan di banyak negara lain seperti Kanada, Korea Selatan, Meksiko, dan Honduras. Singkatan juga diketahui mengacu pada Standar ATSC sendiri.
Standar ATSC adalah format televisi digital yang akan dalam jangka panjang menggantikan sistem NTSC televisi saat ini, seperti yang terjadi di Amerika Serikat dengan 17 Februari 2009 dan di Kanada pada 31 Agustus 2011. Standar-standar definisi tinggi yang baru menghasilkan resolusi tampilan yang lebih baik dari sekitar enam kali pendahulunya - ini menunjukkan dari 16:9 gambar menguntungkan layar lebar hingga 1920x1080 piksel dalam ukuran. Tak ketinggalan, lain ukuran gambar yang berbeda masih didukung sehingga maksimal enam saluran definisi standar masih dapat disiarkan. Untuk audionya, ATSC mengadopsi Dolby Digital AC-3 format, yang juga menghasilkan 5.1 channel surround sound.
Karakteristik :
·      Pemrosesan Berkas : HD.
·      Negara pengadopsi: Amerika Serikat, Meksiko, Korea Selatan.
·      Kelebihan : Kompatibel dengan sistem penyiaran NTSC, Transmisi sinyal yang cepat, Sedikit interferensi dengan sistem penyiaran analog konvensional.
·      Kelemahan : Sulit menerima siyal dalam keadaan bergerak, Resolusi: 1920 x 1080i, Lain-lain: metode VSB, Dolby AC-3.

2. DVB (Digital Video Broadcasting)
Digital Video Broadcasting disingkat DVB merupakan konsorsium dengan anggota lebih dari 270 yang terdiri dari stasiun televisi, pabrikan, operator telekomunikasi, pengembang perangkat lunak, badan penyiaran, dari sekitar 35 negara yang berkomitmen untuk menyusun standar penyiaran televisi digital. Kini standar penyiaran televisi digital DVB diadopsi oleh negara-negara Eropa (Inggris, Jerman, Italia, Perancis, Spanyol dan Swedia), Cina, Singapura, Taiwan dan Austraila.
Salah satu keputusan mendasar yang diambil dalam menetapkan standard DVB adalah pemilihan MPEG-2 sebagai "data containers". Dengan konsepsi tersebut maka transmisi informasi digital dapat dilakukan secara fleksibel tanpa perlu memberikan batasan jenis informasi apa yang akan disimpan dalam "data container" tersebut. Pemilihan MPEG-2 untuk sistem koding dan kompresi dilakukan karena terbukti bahwa MPEG-2 mampu memberikan kualitas yang baik sesuai dengan sumber daya yang tersedia.
Karakteristik Digital Video Broadcasting :
·      Pemrosesan Berkas: SD.
·      Negara pengadopsi: Inggris, Jerman, Italia, Perancis, Spanyol, Swedia, Cina, Singapura,  
    Taiwan dan Austraila.
·      Kelebihan : Satu pita broadband menungkinkan beberapa saluran (7-8 MHz), Mudah untuk  
    menerima sinyal meskipun dalam kondisi bergerak.
·      Kelemahan : Sulit memperoleh high definition yang diakibatkan transmisi tinggi.
·      Resolusi: 1024 x 576i.
·      Lain-lain: metode COFBM, MPEG-2.

3.    ISDB (Integrated Services Digital Broadcasting)
SDB merupakan standar televisi Jepang untuk televise digital dan radio digital yang digunakan oleh Negara dan jaringan televisi. ISDB menggantikan sistem yang dulu digunakan yaitu MUSE (Sistem Hi-vision HDTV analog). Jenis ISDB yaitu internasional ISDB-T, telah dikembangkan oleh pemerintah Brazil dan secara luas di adopsi di Amerika Latin.
Karakteristik Integrated Services Digital Broadcasting:
·      Layanan 1 HDTV atau sampai 3 SDTV hanya dengan 1 channel.
·      Mendukung data broadcasting.
·      Servis unggulan diantaranya permainan atau shopping, via telephone, atau internet broadband.
·      Dilengkapi dengan panduan prigram elektronik.
·      Kemampuan untuk mengirim bagian firmware untuk TV/tuner dari udara.

2.4  Macam-macam Tipe Set Top Box di Indonesia

Set Top Box Satelit

Set top box ini cukup banyak digunakan di masyarakat indonesia, dikarenakan hanya membutuhkan parabola penerima sinyal yang langsung dihubungkan dengan set top box. Set top box ini menerima sinyal jenis Digital Video Broadcast-Satellite (DVB-S). Set top box ini dapat menyalurkan saluran televisi dari yang Standard Definition (SD) hingga High Definition (HD) (Video definisi tinggi) dan juga dapat menyalurkan saluran televisi Siaran gratis, dan juga beberapa stasiun radio lokal maupun mancanegara. Cara kerja Set-top box ini layaknya analog televisi biasa, hanya perbedaannya dibutuhkan parabola luar dan low noise block (LNB) yang dibutuhkan untuk menerima sinyal dan kemudian diubah menjadi frekuensi yang sesuai dengan Set-top box. Di Indonesia sendiri, sekarang Set Top Box jenis ini banyak dipinjamkan oleh penyedia layanan Televisi berlangganan. Beberapa penyedia layanan Televisi berlangganan yang menggunakan set top box jenis ini seperti, Indovision, Aora, Okevision, Top TV dll.
Description: C:\Users\SOC\Pictures\Hen\Dekoder_indovision.jpg
Gambar 2.1 Set Top Box Jenis Satelit DVB-S

Set Top Box Kabel

Set top box ini mulai populer dikarenakan sifatnya yang lebih stabil dari gangguan cuaca karena menggunakan kabel fiber optik yang ditanam di dalam tanah. Namun, hal ini juga yang menyebabkan penggunanya lebih sedikit daripada pengguna set top box Satellite, karena saluran kabel untuk set top box jenis ini belum banyak tersedia di wilayah Indonesia. Set top box ini menggunakan sistem Digital Video Broadcast-Cable (DVB-C). Set top box jenis ini dapat menerima saluran televisi yang sama dengan Set Top Box satelit, namun karena Set Top Box ini menggunakan kanal saluran yang sangat cepat, tersedia juga pilihan tayangan 3-Dimensi (3D). Penyedia layanan Televisi berlangganan yang menggunakan Set Top Box jenis ini di Indonesia contohnya adalah HomeCable dari First Media dan juga TelkomVision.
Description: C:\Users\SOC\Pictures\Hen\Dekoder_firstmedia.jpg
Gambar 2.2 Set Top Box Jenis Kabel DVB-C

Set Top Box Internet

Set top box ini mengandalkan saluran internet dalam menayangkan siaran televisinya. Set top box ini menggunakan sistem saluran televisi digital Digital Video Broadcast-Internet Protocol Television (DVB-IPTV). Set top box jenis ini dapat memberikan tayangan yang lebih kaya dibanding set top box sebelumnya, karena set top box jenis ini memungkinkan adanya interaksi dalam menonton televisi, seperti adanya fitur Video on demand yang memungkinkan penonton dapat memilih tayangan yang ingin dilihat, dan dapat melihat tayangan yang sudah berlalu [3]. Teknologi ini cenderung baru di indonesia dan hanya ada satu yang menggunakan teknologi ini, yaitu Groovia TV dari Telkom Indonesia.
Description: C:\Users\SOC\Pictures\Hen\IMG_9244.JPG
Gambar 2.3 Set Top Box Jenis DVB-IPTV

Set Top Box Terestrial

Set Top Box ini bisa dibilang masih lebih muda dibanding set top box yang lain. Set top box ini menggunakan sistem Digital Video Broadcast-Terestrial (DVB-T) atau dengan kata lain, set top box ini tidak memerlukan parabola khusus dalam menerima sinyal digital. Set top box ini cukup menggunakan antena televisi UHF-VHF. Penyedia layanan Televisi berlangganan yang menggunakan set top box jenis ini adalah nexmedia.
Description: C:\Users\SOC\Pictures\Hen\Dekoder_nexmedia.jpg
Gambar 2.4 Set Top Box Jenis Terestrial DVB-T

Integrated Digital Television

Selain Set-top box yang berada di luar televisi, ada juga Set-top box yang sudah sebagai perangkat keras di dalam televisi, atau lebih dikenal sebagai televisi digital yang terintegrasi (Integrated Digital Television / iDTV) [4]. Layaknya jenis Set-top box Terestrial, Set-top box ini menerima langsung sinyal televisi digital dari antena televisi. Perbedaan dari Set-top box Terestrial adalah Televisi digital terintegrasi memiliki Set-top box langsung di bagian televisinya, dan membuatnya lebih seperti televisi analog karena tidak dibutuhkan Set-top box di luar bagian televisi.
Description: C:\Users\SOC\Pictures\Hen\dvb_500x300.jpg
Gambar 2.5 Integrated Digital Televeision/iDTV


2.5  Cara Kerja Set Top Box
Prinsip kerja STB sebenarnya mirip dengan penerima sinyal televisi biasa yang sudah terdapat pada tv analog. Namun STB di sini berguna juga untuk mengubah sinyal digital yang diterima dari satelit, kabel, ataupun internet ke dalam format analog agar dapat ditampilkan ke layar televisi analog atau perangkat layar analog lainnya. STB biasanya digunakan di sistem tv kabel, tv satelit, ip-tv, maupun tv digital terestrial. Dalam penggunaannya biasanya STB memerlukan kartu akses dari penyedia layanan televisi digital yang bersangkutan, kartu ini berguna untuk menyaring saluran televisi yang diterima kemudian disesuaikan dengan tayangan yang penonton bayar. Untuk keberadaan saluran televisi yang ada, itu merupakan kebijakan dari penyedia layanan televisi berbayar, yang bisa saja berbeda antara satu dengan yang lain. Selain itu, STB juga memiliki prosesor mikro, memori RAM, MPEG-2 dekoder chip, serta chip-chip lain yang berguna dalam pemrosesan data audio maupun data visual. Keluaran dari Standard Definition dari STB dihubungkan dengan televisi biasanya menggunakan kabel video SCART atau dapat juga menggunakan koneksi s-video atau juga dapat digunakan sebagai UHF sinyal. Dan untuk keluaran yang berjenis High Definition akan menggunakan satu kabel hdmi untuk suara sekaligus video. Namun jika televisi yang digunakan masih Standard Definition, keluaran High Definition dapat menggunakan kabel video SCART atau s-video namun hasil yg diterima televisi akan berformat Standard Definition. Dilihat dari bagaimana cara kerja STB ini yang bekerja satu arah dari penyedia layanan televisi berbayar dan juga dapat bekerja tanpa campur tangan manusia, STB dapat dikatakan sebagai salah satu perangkat teknologi informasi.
Di dalam STB juga berisikan perangkat lunak yang berperan dalam mengatur setelan, mulai dari bahasa, pengaturan penerimaan sinyal, pengaturan keluaran hasil gambar, setting rekaman, aplikasi youtube, dan lain-lain.
Description: C:\Users\SOC\Pictures\Hen\07-22-2010_10-29-12.jpg
Gambar 2.6 Perangkat Lunak STB

Salah satu konsep decoder yang dipakai untuk memenuhi kebutuhuan kinerja decoder sebuah HDTV adalah konsep parallel decode processing. Pada decoder tipe ini digunakan lebih dari satu buah baseline decoder untuk memproses bit stream dari sebuah sumber. Konsepnya bisa dianalogikan dengan beberapa orang pekerja yang bersama-sama menyelesaikan sebuah pekerjaan. Sehingga diharapkan proses decoder akan berlangsung jauh lebih cepat dan dapat memenuhi kinerja yang dituntut oleh HDTV.
Dibawah ini merupakan blok diagram STB dimana output dari STB tersebut meghasilkan sebuah kualitas gambar yang HD (High Definition.).
Description: C:\Users\SOC\Pictures\Deandi\blok diagram tv.png
Gambar 2.6 Blok Diagram Receiver DVB-T

Secara garis besar pada sistem penerima DVB-T akan terjadi proses sebagai berikut:
1.  Front-end dan ADC: sinyal RF analog dikonversike base band dan diubah menjadi sinyal  digital, menggunakan konverter analog-ke-digital (ADC).
2.  Sinkronisasi waktu danfrekuensi:  sinyal  basebanddigital dicari untuk mengidentifikasi awal frame dan blok. Jika ada masalah denganfrekuensi dari komponen sinyaljuga dikoreksi.  Guard interval  pada akhirsimbol yang ditempatkan juga di awal dimanfaatkan untuk menemukan awal dari sebuah simbol OFDM yang baru.
3.  Pembuangan guard interval: cyclic prefixdihapus
4.  OFDM demodulasi
5.  Ekualisasi frekuensi: sinyalpilot menyamakansinyal  yang diterima
6.  Demapping
7.  Internal deinterleaving
8.  Internal decoding: menggunakan algoritma Viterbi.
9.  Eksternal deinterleaving
10.  Eksternal decoding
11. MUX adaptasi
12. MPEG-2 demultiplexing dan pendekodean sumber

2.6  Perangkat Penyajian Gambar
Setelah  melalui  sebuah  receiver,  tentunya  sinyal  yang  sudah  diolah  memerlukan perangkat penyajian. Perangkat penyajian yang dimaksud di sini adalah televisi digital dalam hal ini HDTV. HDTV dapat menampilkan gambar pada resolusi 480p, 720p, 1080p, dan 1080p. Namun pada umumnya siaran HDTV menggunakan resolusi 720 dan 1080. Transisi gambar pada HDTV biasanya berkisar antara 24, 30, dan 60 fps (frame per second).
Pada mode interlaced, transisi frame terbagi menjadi 2 kelompok garis-garis horizontal (field). TV dengan resolusi 1080p dan frame rate 60p berarti menggunakan mode transisi gambar interlaced, memiliki 1080 garis horizontal dan menghasilkan pergantian field sebanyak 60 kali tiap detiknya. Namun, setiap pergantian field hanya akan merubah 540 horizontal pada layar, sehingga  untuk  memperoleh  pergantian  gambar  (frame)  secara  utuh  memerlukan  2  kali pergantian field. Kelemahan pada mode transisi gambar semacam ini adalah pada saat menampilkan siaran yang berupa gambar-gambar yang cepat (seperti balap mobil) yang akan menyebabkan terjadinya pergeseran di antara kedua bagian tersebut yang mengakibatkan gambar akan tampak pecah-pecah (kabur).
            Pada mode progresive, transisi frame dilakukan secara keseluruhan. TV dengan resolusi 1080p dan frame rate 60p berarti menggunakan transisi gambar progressive, memiliki 1080 garis horizontal dan menghasilkan pergantian frame sebanyak 60 kali tiap detiknya. Setiap pergantian frame akan menghasilkan 1080 perubahan garis pada layar, sehingga hanya memerlukan transisi frame satu kali untuk transisi gambar secara utuh. Pada mode transisi gambar semacam ini tidak akan ada masalah gambar terlihat kabur ketika gambar yang ditayangkan adalah gambar-gambar yang memerlukan pergantian frame secara cepat.

2.7  Keunggulan TV Digital
Berikut ini merupakan keunggulan TV digital dibandingkan dengan TV analog :
     Kelebihan signal digital dibanding analog adalah ketahanannya terhadap noise dan kemudahannya untuk diperbaiki (recovery) di penerima dengan kode koreksi error (error correction code). Sinyal digital bisa dioperasikan dengan daya yang rendah (less power).
     Pada transmisi digital menggunakan less bandwidth (high efficiency bandwidth) karena interference digital channel lebih rendah, sehingga beberapa channel bisa dikemas atau “dipadatkan” dan dihemat. Hal ini menjadi sangat mungkin karena broadcasting TV Digital menggunakan sistem OFDM  (Orthogonal  Frequency Division  Multiplexing)  yang  tangguh  dalam  mengatasi  efek lintas jamak (multipath fading).
     Kemudian keuntungan lainnya adalah bahwa sinyal digital bisa dioperasikan dengan daya yang rendah (less power).

2.8  Dampak penyiaran TV Digital
            Saat ini populasi pesawat televisi tidak kurang dari 40 juta unit, dengan pemirsa lebih dari 200 juta orang, jauh lebih banyak dibandingkan dengan komputer, misalnya, yang hanya sekitar 5,9 juta unit. Terlihat bahwa penggemar televisi begitu banyak di Indonesia. Kemunculan televisi digital di indonesia harus dipikirkan dampak dan konsekuensinya karena selama ini masih banyak masyarakat yang menggunakan dan terbiasa dengan televisi telivisi analog. Sedikit ketidaknyamanan yang mau tidak mau harus diterima dengan peralihan ke TV digital ini adalah:
·      Perlunya  pesawat  TV  baru  atau  paling  tidak  kita  perlu  membeli  TV  Tuner  baru  yang harganya bisa dibilang cukup mahal. Hal tersebut akan menimbulkan dampak yang besar, mengingat hampir seluruh komponen pertelevisian di Indonesia masih menggunakan komponen analog, sehingga kemajuan tekhnologi televisi digital ini dapat mematikan usaha- usaha kecil yang selama ini telah ada. Karenanya hal ini mewajibkan Pemerintah untuk mensosialisasikan lebih rinci kepada masyarakat.
·       Mahalnya   perangkat   transmisi   dan   operasional   broadcast   berbasis   tehnologi digital merupakan persoalan tersendiri bagi kemampuan industri televisi di Indonesia. Bagaimanapun untuk bisa menyiarkan program secara digital, perangkat pemancar memang harus diganti dengan perangkat baru yang memiliki sistem modulasi frekuensi secara digital. Untuk mem-back up operasional sehari-hari saja dengan tingkat persaingan antar sesama radio   dan   televisi   swasta   nasional   saja   sudah   sangat berat,   apalagi untuk harus mengalokasikan sekian persen pemasukan iklan untuk digunakan bagi digitalisasi. Selain itu, dalam masa transisi, stasiun televisi harus siaran multicast atau operasional di dua saluran secara paralel: analog dan digital, karena tetap memberi kesempatan pada masyarakat yang belum dapat membeli televisi digital.
·      Sistem pemrosesan sinyal sistem digital diperlukan tambahan proses misalnya Fast Fourier Transform (FFT), Viterbi decoding dan equalization di penerima, maka TV Digital ini akan sedikit terlambat beberapa detik dibandingkan TV Analog. Ketika TV analog sudah menampilkan gambar baru, maka TV Digital masih beberapa detik menampilkan gambar sebelumnya.
·      Bagaimanapun pada era penyiaran digital telah terjadi konvergensi antarteknologi penyiaran (broadcasting), teknologi komunikasi (telepon), dan teknologi internet (IT). Dalam era penyiaran digital, ketiga teknologi tersebut sudah menyatu dalam satu  media transmisi. Dengan demikian akses masyarakat untuk memperoleh ataupun menyampaikan informasi menjadi semakin mudah dan terbuka
·      Terjadinya migrasi dari era penyiaran analog menuju era penyiaran digital, yang memiliki konsekuensi tersedianya saluran siaran yang lebih banyak, akan membuka peluang lebih luas bagi para pelaku penyiaran dalam menjalankan fungsinya dan dapat memberikan peluang lebih banyak bagi masyarakat luas untuk terlibat dalam industri penyiaran ini.
·      Momentum penyiaran digital dapat membuka peluang yang lebih banyak bagi masyarakat dalam meningkatkan kemampuan ekonominya. Peluang usaha di bidang rumah produksi, pembuatan aplikasi-aplikasi audio, video dan multimedia, industri senetron, film, hiburan, komedi dan sejenisnya menjadi potensi baru untuk menghidupkan ekonomi masyarakat.
            Televisi di Indonesia telah menjadi alat penting baik untuk hiburan maupun untuk mendapatkan informasi. Baik televisi digital maupun analog dalam penyiarannya memiliki kesamaan yaitu memiliki dampak psikologis terhadap penontonnya. Dengan frekuensi menonton yang tinggi dan kualitas tontonan yang rendah akan berdampak buruk baik pada orang dewasa maupun pada pada anak – anak.


Download File ini Selengkapnya DISINI
Download File PPT Materi ini DISINI

Terima Kasih Anda Telah Membaca Artikel
Judul: Download Makalah Penerima TV
Ditulis Oleh Handi
Berikanlah saran dan kritik atas artikel ini. Salam blogger, Terima kasih

Post a Comment